"Ampun Paduka yang mulia, ada gerangan apa Paduka memanggil hamba?" tanya Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas, Abu Jahal sangat menginginkan jabatan penasihat istana. Dia minta supaya jabatanmu diganti olehnya, tapi aku juga tidak mungkin memecatmu begitu saja. Biar adil maka aku putuskan akan mengadakan sayembara untuk kalian berdua. Siapa yang jadi pemenangnya maka dialah yang berhak jadi penasihat istana," kata Baginda Raja.
Sejenak Abu Nawas terdiam, Abu Jahal pasti punya rencana busuk. "Jangan sampai dia jadi penasihat istana, bisa-bisa rakyat makin tertindas oleh kelakuannya," pikir Abu Nawas.
"Ampun Paduka yang mulia, kalau boleh tahu sayembara apa yang hendak Paduka diberikan?" tanya Abu Nawas.
"Saya ingin masing-masing dari kalian bawakan saya satu gentong air laut, tapi yang rasanya tawar," titah Baginda Raja.
Abu Nawas dan Abu Jahal langsung terkejut mendengar permintaan Baginda Raja yang aneh itu.
"Sekarang pulanglah kalian berdua dan besok kembali ke sini dengan membawa air laut yang rasanya tawar," kata Baginda Raja melanjutkan.
Sesampainya di rumah, Abu Nawas terus memikirkan dan mencari tahu keberadaan laut yang airnya tawar. "Mana ada air laut yang rasanya tawar? Orang secerdik apa pun tidak akan bisa melakukannya," pikir Abu Nawas.