Kaganga Institute Gelar Webinar Bertajuk Jalur Emas di Lebong

Kaganga Institute Gelar Webinar Bertajuk Jalur Emas di Lebong

BETVNEWS- Kaganga Institute merupakan komunitas yang bergerak dibidang penelitian, pelestarian dan pengembangan sejarah dan budaya Bengkulu, Sabtu (23/1) kemarin menggelar Webinar dengan tema: Mengenal Jalur Emas Lebong (Bengkulu) untuk Hindarkan Karat pada Sejarah Bangsa. Webinar yang berlangung dari pukul 14:00 hingga 17:00 WIB ini menghadirkan beberapa narasumber, yakni H. Ahmad Kanedi, S.H., M.H sebagai salah satu Dewan Pembina Kaganga Institute, Lia Nuralia, M.Hum dari Balai Arkeologi Jawa Barat, Gerard de Graaf dari Belanda, dan Siti Rahmana, MA dari Kaganga Institite. Webinar ini diikuti oleh sebanyak 75 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pejabat pemerintahan, hingga peneliti dan akademisi. Dari kalangan akademisi, antara lain hadir Arkeolog Universitas Indonesia Prof. Cecep Eka Permana dan Dr. Retno Purwanti dari Balai Arkeologi Palembang serta beberapa peneliti dari BPNB Sumatera Barat. Pada bagian pembuka, Gaya Mentari, M.Hum sebagai ketua pelaksana kegiatan menyampaikan bahwa Webinar ini dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya untuk memperkenalkan kembali sejarah bangsa, khususnya sejarah Bengkulu. Menurutnya, Bengkulu memiliki banyak peninggalan bersejarah, termasuk salah satunya adalah Jalur Emas di Lebong. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ahmad Kanedi , dirinya memberi apresiasi atas terselenggaranya Webinar ini. Menurutnya, Bengkulu memiliki banyak warisan sejarah perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas. Selain itu, Senator yang biasa dipanggil Bang Ken ini juga berpesan supaya Kaganga Institute dan para peserta agar dapat secara aktif melakukan kajian dan bisa memberikan rekomendasi kepada para pengambil kebijakan dalam memajukan bidang sejarah dan budaya. Pada bagian inti, pembahasan tentang jalur emas di Lebong menjadi semakin menarik. Valesneria Utami, M.Ed selaku moderator mempersilakan Lia Nuralia dari Balai Arkeologi Jabar sebagai narasumber pertama dengan presentasi berjudul: Mengenal dan Memahami Warisan Industri Masa Kolonial di Sumatera bagian Selatan dan Jawa Barat. Meskipun membahas peninggalan Industri secara umum, namun Lia yang juga pernah bekerja pada BPNB Sumatera Barat memiliki banyak pengalaman riset tentang Bengkulu, khsusnya bangunan kolonial di Lebong. Dalam penyajiannya Lia mengatakan bahwa warisan industri kolonial, terutama berupa bangunan, seperti rumah dan gedung, merupakan salah satu sumber sejarah yang bisa memberikan banyak informasi kepada generasi sekarang dan mendatang. Tidak hanya itu, warisan tersebut juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Narasumber kedua adalah Gerard de Graaf. Gerard yang merupakan seorang Conservator of Narrow Gauge Industrial Railway Museum dalam presentasinya menampilkan kegitu banyak dokumen berupa peta dan foto tentang Pertambangan Emas di Lebong di masa lalu, mulai dari peralatan yang digunakan hingga aktivitas penambangan. Menurutnya, Lebong punya pesona yang luar biasa. Jejak-jejak pertambangan emas di Lebong, khususnya Lebong Tandai memiliki nilai historis yang luar biasa penting. Selain itu, Gerard juga mengatakan bahwa eks Tambang Emas di Lebong juga merupakan aset berharga untuk dunia pariwisata. Terakhir, Siti Rahmana, peneliti muda yang juga merupakan founder Kaganga Institute memaparkan hasil penelitiannya tentang Jalur Emas di Lebong, khususnya pada periode akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Berdasarkan hasil kajiannya, diperoleh informasi bahwa eksplorasi emas di Lebong dimulai pada tahun 1896 dan mengalami puncaknya pada tahun 1920-an dimana Bengkulu menyumbang sebnayak 2/3 dari total ekspor emas di Hindia Belanda. Tidak hanya itu, Siti juga mengulas berbagai sisi menarik dari pertambangan emas di lebong di masa lalu, seperti buruh tambang (kuli), produksi dan distribusi emas dan lain-lain. Setelah narasumber menyampaikan materinya, Webinar masuk pada sesi diskusi. Pada bagian ini, para peserta terlihat sangat antusias menyampaikan pertanyaan. Namun karena keterbatasan waktu, hanya ada 9 penanya yang mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Setelah sesi tanya jawab selesai, panitia, narasumber dan peserta melakukan foto bersama. (Tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: