Jejak Gus Dur: Bapak Tionghoa Indonesia

Senin 12-06-2023,12:27 WIB
Editor : Wizon Paidi

Barulah ketika resmi menjabat sebagai Presiden, Gus Dur banyak tidak sependapat dengan pemikiran Soeharto. 

Gus Dur memiliki pendapat lain, menurut KH. Abdurrahman Wahid etnis Tionghoa merupakan bagian dari bangsa Indonesia karena itu harus mendapatkan hak-hak yang setara. 

Termasuk dalam menjalankan ibadah keagamaan.

 BACA JUGA:Dibuat Kagum! Kisah Umar Bin Khattab 'Berjumpa' Gadis Penjual Susu yang Jujur, Ada Kabar Bahagia Datang?

Gus Dur juga sempat menganggap Muslim Tionghoa boleh merayakan Tahun Baru Imlek sehingga tidak dianggap sebagai tindakan musyrik. 

Berdasarkan pemikiran Gus Dur, perayaan ini adalah bagian dari tradisi budaya, bukan agama. 

Dia kemudian menjadikan hari raya Imlek sebagai hari libur fluktuatif. Artinya hanya yang merayakan yang diperbolehkan libur. 

BACA JUGA:Jejak Gus Dur: Mata Buta, Tapi Bisa Baca

Baru pada 2003, tepatnya pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek dijadikan hari libur nasional. 

Selain pemikirannya, Gus Dur juga sempat membuat geger khalayak. Sebab dia mengaku sebagai keturunan Tionghoa.

"Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India," ungkap Gus Dur.

BACA JUGA:Jejak Gus Dur: Musuh Saya Cuma Satu, Pak Harto

Ucapan Gus Dur itu memang bukan yang pertama kalinya. Tetapi kala itu memang cukup membuat terperangah. 

Berdasarkan cerita Gus Dur, dia merupakan keturunan dari Putri Cempa yang menjadi selir dengan raja di Indonesia.

Dari situ, Putri Cempa memiliki dua anak, yakni Tan Eng Hwan dan Tan A Hok. Tan Eng Hwan kelak dikenal sebagai Raden Patah, sementara Tan A Hok adalah seorang mantan jenderal yang sempat menjadi duta besar di China. 

BACA JUGA:Jejak Gus Dur: Gitu Aja Kok Repot

Kategori :