BACA JUGA:Ada Pulau Terlarang di Dunia, Terasing Selama Ribuan Tahun? Alasannya Bikin Haru Tapi Ngeri
Secara bersamaan, sejumlah pedagang asal Amerika berkunjung dengan tujuan mengeksploitasi kayu cendana dan gula yang menjadi komoditas kemakmuran Hawaii.
Hingga banyak dari misionaris Protestan asal Amerika kemudian datang, dengan maksud melakukan kristenisasi pada penduduk dan anggota kerajaan pada 1819.
Lantas kedatangan mereka ternyata membawa sebuah perubahan tak terduga baik dalam politik, budaya, ekonomi, hingga agama di Hawaii.
BACA JUGA:Mengenal Pulau Ular, Salah Satu Tempat Paling Mematikan di Dunia Pernah 'Makan' Korban!
Dari sinilah terjadi konflik terhadap kerajaan Hawaii dan sejumlah orang Amerika.
Pada 1840-an, situasi yang terjadi semakin kacau, ketika kekuasaaan Raja Hawaii diganggu sebab menarapkan pemerintahan monarki konstitusional.
Dengan sistem monarki konstitusional itulah, kemudian menguntungkan para pengusaha liberal.
Menurut Claudia Gold dalam "Queen, Empress, and Concubine" (2010), Makmurnya Hawaii mulai terganggu dengan adanya kebijakan undang-undang Tarif McKinley di tahun 1890.
Pada tahun tersebut tarif gula mulai tinggi, hingga pembelian gula di Hawaii pun pelan-pelan menurun guna melindungi produsen gula Amerika.
Mengenal Ratu Liliuokalani
Pada 17 Januari 1893, ada sekelompak ekspatriat Amerika yang mana mendapat dukungan dari divisi Marinir AS, lantas kemudian berhasil menurunkan Ratu Liliuokalani sebagai penguasa terakhir di Hawaii.
Liliuokalani lahir di Honolulu yang berada di pulau O'ahu pada 2 September 1838. Orang tuanya bernama Analea Keohokalole dan Caesar Kapa'akea.
Di usianya yang menginjak empat tahun, ia mendapat pendidikan di Sekolah Anak Kepala Suku.