BENGKULU, BETVNEWS - Beberapa hari ke depan Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), akan melaksanakan festival budaya penyambutan tahun baru IsIam, atau lebih dikenal dengan Tabut.
Festival Kebudayaan ini merupakan serangkaian kegiatan sakral yang dilakukan untuk mengenang keturunan Nabi Muhammad SAW, dan dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram atau tahun baru Hijriah.
BACA JUGA:Soal Incumbent Kembali Maju Pemilu, Menilik Alasan dan Keinginan Jonaidi, SP Untuk Masyarakat
Dimana dua tahun sebelumnya kegiatan tersebut sempat tidak dilaksanakan secara besar-besaran, lantaran terkendala dengan pandemi Covid 19.
Rapat persiapan Festival Tabut 2023, yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan KTT Bencoolen,.--(Sumber Foto: Oki/Betv).
Namun demikian, pada tahun ini Festival Tabut kembali akan digelar dengan bertaraf event Internasional yang artinya bahwa kegiatan tersebut sudah masuk dalam kalender event Internasional Indonesia.
Mengingat Festival Tabut ini sudah dijadikan sebagai agenda tahunan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, maka sudah seharusnya harus memberikan efek positif bagi Provinsi Bengkulu.
"Kita sama-sama tau, kalau Festival Tabut sudah merupakan event bertaraf Internasional jadi harus berdampak baik terhadap masyarakat dah Provinsi Bengkulu," tegas Jonaidi, SP., Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:Jonaidi, SP Sebut Alih Fungsi Lahan Jadi Persoalan Pertanian Saat Ini
Lebih lanjut dirinya menegaskan, bahwa tidak ada alasan kegiatan ini tidak menimbulkan efek apapun terhadap Provinsi Bengkulu, setidaknya peningkatan jumlah wisatawan ataupun Pendapatan Asli Daerah.
"Pemerintah harus mampu menghadirkan banyak wisatawan, dan ini juga harus berdampak pada ekonomi di Provinsi Bengkulu," tambahnya.
BACA JUGA:Jonaidi, SP Dorong Seluruh Sanggar Kebudayaan di Kabupaten Seluma Berbadan Hukum
Hal ini bukan tanpa alasan, karena memang Festival Tabut sudah dipastikan masuk dalam kalender event Internasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga tidak ada alasan jika tanpa efek apapun.
"Kalau ini sudah masuk agenda Internasional, berarti harus ada persiapan yang matang dan tidak boleh ada alasan terkait dengan penghasilan," demikian tutupnya. (ADV)