BENGKULU, BETVNEWS - Di era revolusi yang semakin maju, kenakalan remaja diketahui semakin tidak terkendali.
Terdapat beberapa fenomena terkait kenakalan remaja yang sering kita saksikan lewat suguhan berita di televisi ataupun di media sosial.
Pada tahun 2021 angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus dan hingga tahun 2024 angka tersebut terus beranjak naik.
BACA JUGA:Menggali Lebih Dalam dari Kohesivitas Kelompok dalam Groupthink
Kenakalan remaja sendiri merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak berusia 12 tahun ke atas.
Perilaku menyimpang ini dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya seperti kurangnya perhatian dari orang tua serta kenakalan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebayanya.
Contohnya, ketika seorang anak bergaul dengan anak yang berada dilingkungan pergaulan bebas maka bukan tidak mungkin anak tersebut ikut terjerumus kepada hal-hal negatif di lingkungan tersebut.
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Kebakaran di Perumahan Pebabri Kota Bengkulu, 5 Armada PBK Diterjunkan
Seperti kasus baru-baru ini, terjadi tawuran di wilayah Bogor yang dilakukan oleh sekelompok remaja dengan menggunakan celurit dan pedang, mirisnya tawuran tak hanya dilakukan oleh remaja lelaki, namun remaja perempuan juga ikut melaksanakan tawuran tersebut.
Sama halnya dengan kasus di Jakarta Pusat, menyebabkan tawuran dua kelompok remaja pada bulan ramadhan dengan menggunakan celurit. Tawuran juga disertai dengan perusakan fasilitas umum yang ada, perilaku inilah yang kerap menimbulkan keresahan bagi masyarakat umum.
BACA JUGA:Mantan Kadis TPHP Provinsi Bengkulu Daftar Bakal Calon Bupati Kepahiang ke PDIP
Dari beberapa kasus kenakalan remaja ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anak remaja terhadap bahayanya pergaulan bebas cenderung rendah, oleh karenanya banyak yang berani melakukan perbuatan tersebut dengan melanggar norma.
Kenakalan remaja ini tidak hanya dilakukan oleh individu namun juga dilakukan dalam bentuk kelompok. Seorang remaja merasa ia tidak dapat dikendalikan oleh siapapun, mereka akan bersikap semaunya tidak mau mendengarkan nasihat orang tua dan menentang peraturan yang dibuat dalam masyarakat.
BACA JUGA:Ahmad Kanedi: Pencalonan Kepala Daerah Jalur Independen Bagian Dari Mengisi Demokrasi
Adapun peran orang tua ataupun orang terdekat sangat penting agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Apalagi di zaman sekarang, anak remaja memiliki tingkat keegoisan yang sangat tinggi di mana perilaku ini ditunjukkan sebagai pencarian jati diri.