Oleh sebab itu, saat proses ini terganggu, glukosa akan tetap berada dalam aliran darah dan menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Secara lebih rinci, prediabetes ini terjadi ketika kadar hemoglobin A1c, sebuah indikator rata-rata kadar gula darah selama dua hingga tiga bulan terakhir, berada di kisaran 5,7% hingga 6,4%.
BACA JUGA:Mantan Ketua Tim Pemenangan Helmi-Dedy Dukung Paslon DISUKA di Pilkada 2024
BACA JUGA:H-2 Penutupan Pendaftaran CPNS 2024, Kantor Pos Tanah Patah Bengkulu Diserbu Pembeli e-Materai
Angka ini lebih tinggi dari batas normal namun belum mencapai ambang batas diabetes tipe 2 yang biasanya lebih dari 6,5%.
Prediabetes ini juga dapat terdeteksi melalui tes gula darah puasa, di mana kadar gula darah berada dalam rentang 100 hingga 125 mg/dL.
Kedua jenis tes inilah yang membantu dokter dalam mengidentifikasi risiko seseorang untuk berkembang menjadi diabetes tipe 2.
BACA JUGA:Waspadai 5 Efek Samping Konsumsi Okra Berlebihan, Salah Satunya Sebabkan Masalah Ginjal
BACA JUGA:Tekan Perilaku Menyimpang Kalangan Remaja , Pemkab Kaur Bentuk Tim SIGAM
Pada tahap prediabetes, tubuh seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas sehingga banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka berada dalam kondisi ini.
Namun meski tidak menimbulkan gejala signifikan, prediabetes menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa tubuh mulai mengalami masalah dalam mengatur gula darah secara efektif.
Maka dari itu, jika kondisi ini tidak diatasi maka risiko untuk kondisi ini berkembang menjadi diabetes tipe 2 dapat meningkat secara signifikan.
BACA JUGA:Berkelahi dalam Pengaruh Miras, Seorang Remaja Diamankan Satreskrim Polres Kaur
BACA JUGA:Geng Motor Berulah di Jalan Enggano Kota Bengkulu, Bawa Sajam Sambil Lempar Batu ke Rumah Warga
Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes kesehatan secara berkala, terutama jika terdapat faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena prediabetes.
Gejala Prediabetes