BETVNEWS - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bengkulu mengaku cukup kesulitan untuk memantau aktivitas nelayan di tengah laut, terkhusus memantau aktivitas nelayan yang menggunakan alat tangkap tak ramah lingkungan atau trawl.
Hal ini lantaran pihak DKP tak memiliki kapal untuk melakukan monitoring ke tengah laut, bahkan saat terjadi dugaan konflik pada Kamis (26/12) kemarin, pihak DKP hanya bisa memantau perkembangan dari pinggir laut bersama para nelayan tradisional di kawasan malabero.
Dikatakan Syafriandi, Kepala DKP Kota Bengkulu, Kamis sore 11 orang nelayan belum merapat ke daratan hingga melewati waktu magrib lantaran terjadi konflik di tengah laut, namun setelah ditunggu beberapa saat akhirnya mereka mendarat dengan selamat.
"Memang kemarin ada belasan nelayan yang belum mendarat hingga magrib, isunya ada konflik dengan nelayan trawl di tengah laut, kita tidak bisa melakukan monitoring karena kita tidak memiliki kapal," jelas Syafriandi.
Syafriandi pun mengaku akan mengajukan bantuan untuk pengadaan kapal monitoring ke Kementerian. Selain itu pihaknya juga akan mengajukan bantuan penggantian alat tangkap trawl ke alat tangkap yang ramah lingkungan.
"Kita akan ajukan pengadaan kapalnya ke Kementerian Kelautan dan Perikanan, selain itu bantuan penggantian alat tangkap yang ramah lingkungan juga akan kita ajukan," jelasnya.
(Yudha Gondrong)