BETVNEWS, Seluma - Kondisi guru di Kabupaten Seluma saat ini belum merata hingga ke daerah terpencil. Hal inilah yang dirasakan di SD Negeri 161 desa Lubuk Resam Kabupaten Seluma yang hanya memiliki 2 orang guru ASN dan 5 orang guru honorer. Terkait hal tersebut murid baru yang berada di SD tersebut hanya berjumlah 11 orang.
BACA JUGA:Dinas Pertanian Vaksin PMK di Kecamatan Semidang Alas
Ketua Komite SD Negeri 161 Desa Lubuk Resam, Parlin menjelaskan minimnya murid di SDN 161 ini bukan tidak beralasan pasalnya guru yang mengajar jarang masuk ke sekolah dan bahkan ada guru ASN yang hanya 2 kali dalam satu tahun masuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut.
“Alhamdulillah pada Tahun Ajaran 2022/2023 jumlah murid baru di SD Negeri 161 ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya 3 orang dan sekarang berjumlah 11 orang," ungkap Parlin.
BACA JUGA:Bupati Resmikan Gereja Injil di Pasar Ujung Kepahiang
Kenaikan ini didasari karena pihaknya selaku komite melakukan rapat bersama dengan wali murid dan warga di desa Lubuk Resam yang berjanji akan membenahi proses belajar mengajar yang dilakukan setiap hari oleh para guru. Namun sayang, kegiatan proses belajar mengajar di SD Negeri 161 tidak ada perubahan.
Kondisi salah satu ruangan di SDN 161 Seluma. (Foto: Tim BETV)
“Guru yang mengajar di SD ini setiap harinya dilakukan oleh guru honorer yang hanya masuk seminggu dua kali secara bergantian. Tentu sistem belajar mengajar di SD ini tidak maksimal yang memiliki total 6 kelas dan pastinya ada murid yang tidak belajar," tambah Parlin.
BACA JUGA:KPU kota Bengkulu Jadwalkan Sosialisasi Jelang Pemilu 2024
Pihaknya selaku komite memaklumi guru honorer yang jarang masuk tersebut lantaran ada guru honorer yang gajinya selama 5 hingga 6 bulan belum dibayar. Sehingga para guru honorer ini memilih bekerja di luar sekolah dan tak hanya itu guru honorer ini rela mengeluarkan uang pribadinya untuk menunjang kebutuhan belajar mengajar.
BACA JUGA:Sambut HUT RI ke 77, Ini Sederet Kegiatan yang Akan Dilaksanakan di Kaur..
“Guru honorer ini masuk sekolah hanya 2 kali seminggu dan bergantian, ini wajar karena ada guru honorer yang gajinya selama 5 hingga 6 bulan belum dibayar sehingga memiliih untuk bekerja diluar sekolar seperti berkebun dan cari upahan lainnya," lanjut Parlin.
Sementara itu, tak hanya guru yang menjadi persoalan, fasilitas sekolah juga sangat minim. Bahkan para murid tidak pernah mengadakan upacara bendera setiap hari Senin lantaran tidak memiliki tiang bendera. Selain itu, ruang perpustakaan juga sangat memprihatinkan dengan kondisi buku yang berserakan dan ruang guru yang tidak memiliki fasilitas yang memadai seperti toilet maupun penunjang lainnya.
(Tim)