Kematian Abiyu dan Arjuna, Psikolog Peringatkan Kesehatan Mental Remaja di Titik Bahaya
Wendri Surya Pratama, M.Psi., Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Bengkulu--(Sumber Foto: Robi/BETV)
BENGKULU, BETVNEWS – Kota BENGKULU diguncang tragedi kelam. Dua bocah laki-laki, Abiyu (9) dan Arjuna (8), meregang nyawa di tangan seorang remaja berusia 17 tahun, berinisial PU.
Aksi sadis ini bukan hanya meninggalkan luka mendalam, tapi juga membunyikan alarm keras tentang krisis kesehatan mental remaja yang selama ini mungkin luput dari perhatian.
Wendri Surya Pratama, M.Psi., Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Bengkulu, menilai peristiwa ini tak bisa dilihat sekadar sebagai tindakan kriminal.
Ia menyebut kasus ini sebagai fenomena gunung es hanya tampak permukaan, namun menyimpan potensi bahaya jauh lebih besar di bawahnya.
BACA JUGA:Kades dan Perangkat Desa Seluma Lulus PPPK Diminta Mundur
BACA JUGA:Coba Lakukan Ini! Mandi Air Garam Cocok untuk Kesehatan Kulit, Cek Manfaat di Sini
"Perilaku remaja terbentuk dari banyak pengaruh, termasuk pola asuh orang tua, tingkat pendidikan, dan pengalaman hidup," ujar Wendri, Rabu 23 April 2025.
Menurutnya, tindakan kekerasan ekstrem seperti ini tidak muncul secara tiba-tiba. Ada jejak-jejak luka batin, lingkungan tidak sehat, dan tekanan sosial yang bisa menjadi pemicunya.
"Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan atau bullying cenderung meniru perilaku tersebut. Jika mereka mengalami perlakuan yang tidak adil, ada kemungkinan mereka akan melampiaskan kekesalan kepada orang lain yang dianggap lebih lemah," tambah Wendri.
BACA JUGA:Coba Lakukan Ini! Mandi Air Garam Cocok untuk Kesehatan Kulit, Cek Manfaat di Sini
BACA JUGA:Tuntut Keadilan, Keluarga Arjuna Siapkan Bukti Pengungkap Tersangka Baru
Ia juga menyinggung tentang pengaruh pergaulan negatif dan paparan konten kekerasan dari media sosial maupun hiburan digital.
"Sekarang, anak-anak lebih mudah terpapar pada konten yang memicu agresi. Tontonan film kekerasan dan game perang-perangan dapat memicu perilaku agresif," jelasnya.
Tragedi ini, menurut Wendri, harus menjadi momentum refleksi bersama. Sudah saatnya kesehatan mental remaja menjadi prioritas, bukan sekadar wacana.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

