Adat Tetap Dijalankan, Ngambik Tanah Berlangsung Sakral Tanpa Pamit ke Rajo Agung

BACA JUGA:Cek di Sini! Game yang Cocok Dimainkan Anak-anak, Coba Asah Otak dengan Cara Simpel Ini

Setibanya di lokasi, prosesi Ngambik Tanah dimulai dengan menyiram tanah keramat menggunakan campuran air yang telah dibawa. 

Penyiraman ini dimaknai sebagai bentuk penyucian dan penghormatan terhadap bumi serta leluhur.

Setelah tanah dianggap siap, peserta kemudian mengambilnya dengan menggunakan potongan kain putih.

“Ritual ini bermakna, pada saat meninggal manusia akan ditutup menggunakan kain kafan, bahwasanya manusia dari tanah akan kembali ke tanah,” jelas Ketua KKT.

BACA JUGA:Klik Aplikasi Penghasil Uang Gratis, Auto Dapat Saldo DANA, Cukup Main Game Seru Ini

BACA JUGA:Cek di Sini! Game yang Cocok Dimainkan Anak-anak, Coba Asah Otak dengan Cara Simpel Ini

Ritual ini tidak hanya menjadi simbol dimulainya rangkaian acara Tabut 2025 dan masukknya bulan Muharram 1446 Hijriah, tetapi juga menjadi pengingat akan asal dan tujuan akhir kehidupan manusia. 

KKT berharap makna-makna spiritual semacam ini tetap dijaga dan dihormati dalam setiap pelaksanaan Festival Tabut di masa mendatang.

Festival Tabut sendiri merupakan tradisi budaya yang telah berlangsung turun-temurun dan menjadi ikon budaya Islam khas Bengkulu setiap bulan Muharram.

Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini prosesi sakral tersebut berlangsung tanpa kehadiran para tokoh utama adat Tabut dari KKT, yang selama ini dikenal sebagai pelestari utama tradisi tersebut.

BACA JUGA:Cek Aplikasi Game Color Lab Ini, Klaim Saldo DANA Gratis di Sini

BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Resmi Mulai Program Bedah Rumah 2025, 87 Unit Siap Direhabilitasi

Ketua KKT Bengkulu, Achmad Syafril, secara tegas menyampaikan kekecewaannya. 

Ia menyatakan bahwa pihaknya merasa termarjinalkan dalam proses pelaksanaan festival yang sejatinya adalah bagian dari identitas dan warisan leluhur mereka.

Sumber: