Jejak Gus Dur: Bapak Tionghoa Indonesia
Gus Dur, saat disebut sebagai Bapak Tionghoa Indonesia atas segala perannya.--(Sumber Foto: Tim/Ist/Betv).
BACA JUGA:Kisah Hamba Saleh, Kalah dari Godaan Setan yang Menjelma Kakek Tua
Barulah ketika resmi menjabat sebagai Presiden, Gus Dur banyak tidak sependapat dengan pemikiran Soeharto.
Gus Dur memiliki pendapat lain, menurut KH. Abdurrahman Wahid etnis Tionghoa merupakan bagian dari bangsa Indonesia karena itu harus mendapatkan hak-hak yang setara.
Termasuk dalam menjalankan ibadah keagamaan.
Gus Dur juga sempat menganggap Muslim Tionghoa boleh merayakan Tahun Baru Imlek sehingga tidak dianggap sebagai tindakan musyrik.
Berdasarkan pemikiran Gus Dur, perayaan ini adalah bagian dari tradisi budaya, bukan agama.
Dia kemudian menjadikan hari raya Imlek sebagai hari libur fluktuatif. Artinya hanya yang merayakan yang diperbolehkan libur.
BACA JUGA:Jejak Gus Dur: Mata Buta, Tapi Bisa Baca
Baru pada 2003, tepatnya pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek dijadikan hari libur nasional.
Selain pemikirannya, Gus Dur juga sempat membuat geger khalayak. Sebab dia mengaku sebagai keturunan Tionghoa.
"Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India," ungkap Gus Dur.
BACA JUGA:Jejak Gus Dur: Musuh Saya Cuma Satu, Pak Harto
Ucapan Gus Dur itu memang bukan yang pertama kalinya. Tetapi kala itu memang cukup membuat terperangah.
Berdasarkan cerita Gus Dur, dia merupakan keturunan dari Putri Cempa yang menjadi selir dengan raja di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: