Menggali Lebih Dalam dari Kohesivitas Kelompok dalam Groupthink

Menggali Lebih Dalam dari Kohesivitas Kelompok dalam Groupthink

Penulis artikel, Nadia Tri Wahyuni D1C021015, mahasiswa S1 Jurnalistik Universitas Bengkulu.--(Sumber Foto: Nadia)

BENGKULU, BETVNEWS - Kohesivitas kelompok memiliki makna kekuatan ikatan antara anggota kelompok yang kuat, mencakup hubungan yang erat dan tertarik satu sama lain, sehingga anggota kelompok tidak ingin meninggalkan kelompok

Ini adalah keadaan dimana anggota kelompok saling terhubung satu sama lain dan berusaha bertahan dalam kelompok. Kohesivitas kelompok mencakup kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, serta kerja sama kelompok. 

Dalam groupthink, kohesivitas kelompok yang tinggi memiliki peran penting, dimana adanya tekanan untuk menyetujui pandangan mayoritas dan menahan informasi atau pandangan yang berseberangan menyebabkan kelompok membuat keputusan yang tidak tepat.

BACA JUGA:Fenomena Groupthink di Kelompok Parlemen Indonesia: Dampak dan Cara Mengatasi

Oleh karena itu, seorang pemimpin dalam sebuah kelompok juga memiliki peran penting dalam keadaan ini. Contohnya dalam menentukan sebuah keputusan atau kebijakan untuk kepentingan bersama/kelompok seorang pemimpin tidak boleh membeda-bedakan dan condong kepada hasil pemikiran atau pendapat tertentu agar keputusan yang tentunya adalah keputusan yang terbaik.

Namun kohesivitas kelompok bagai pedang bermata dua. Di satu sisi, hal ini dapat menjadi pendorong yang hebat dan meningkatkan kolaborasi, motivasi, dan rasa saling percaya antar anggota. Di sisi lain, tingkat kohesivitas yang tinggi, jika tidak dikelola dengan baik, dapat membawa kelompok ke dalam perangkap groupthink, dimana keinginan untuk mencapai konsensus dan menjaga keharmonisan menjadi lebih penting daripada pemikiran kritis dan obyektif. 

BACA JUGA:Potensi Groupthink dalam Pengambilan Keputusan Kelompok Politik di Parlemen Indonesia

Dalam situasi berpikir kelompok, tekanan teman sebaya bisa sangat kuat sehingga anggota kelompok yang berbeda pendapat enggan mengungkapkan pendapatnya. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk, karena kelompok tersebut kehilangan kesempatan untuk mempertimbangkan berbagai perspektif dan kemungkinan solusi alternatif.

Groupthink sendiri memilki beberapa ciri-ciri utama seperti tekanan teman sebaya, yang mana anggota kelompok merasakan tekanan untuk menyetujui pendapat mayoritas, meskipun mereka ragu.

Selanjutnya ada rasionalhisasi, yakni suatu kelompok meyakinkan dirinya sendiri bahwa keputusannya adalah yang terbaik, meskipun terdapat bukti sebaliknya.

Kemudian stereotip, yakni kelompok menstereotipkan orang di luar kelompok dan meremehkan pendapat mereka dan pemikiran sempit kelompok ini hanya mempertimbangkan satu atau dua kemungkinan solusi serta mengabaikan alternatif lain.

BACA JUGA:Pandangan soal Langkah PPP Bergabung dalam Koalisi Prabowo-Gibran Usai Pemilu

Berikutnya ada beberapa cara untuk mencegah adanya groupthink seperti mendorong keraguan dan kritik, anggota kelompok harus didorong untuk mengungkapkan pendapat mereka, meskipun pendapat mereka berbeda dari pendapat mayoritas.

Pertimbangkan alternatif, dimana kelompok harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, daripada berfokus hanya pada satu atau dua solusi yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: