Inflasi Mei 2024 di Kota Bengkulu Naik Lagi, Kenaikan Cukai Rokok Jadi Pemicu
BPS Kota Bengkulu.--(Sumber Foto: Jalu/BETV)
BENGKULU, BETVNEWS - Badan Pusat Statistik (BPS) Mei 2024 terjadi inflasi year on year (y-o-y) Kota BENGKULU sebesar 3,61 persen. Sementara tingkat inflasi month to month (m-t-m) sebesar 0,27 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,50 persen.
Adapaun variabel dominan yang memberikan andil inflasi m-to-m pada Mei 2024, antara lain Sigaret Kretek Mesin (SKM), angkutan udara, air kemasan, cabai merah, bawang merah, ikan nila, bakso siap santap, tarif rumah sakit, mobil, emas perhiasan, sepeda motor, popok bayi sekali pakai/diapers, shampo, terong, dan ikan dencis.
BACA JUGA:BBM di SPBU Kaur Disuplai dari Provinsi Lampung Imbas Pipa Ditabrak Tongkang
Ibramsyah, SST., Fungsional Statistisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bengkulu menjelaskan, bahwa kenaikan inflasi Kota Bengkulu pada bulan Mei 2024 disebabkan oleh beberala faktor seperti naiknya harga cukai rokok. Karena penyesuain di tingkat eceran maka dampaknya mulai terasa.
Kemudian kenaikan harga mobil baru dan motor baru, juga kenaikan tarif layanan rumah sakit, disusul harga tiket transportasi udara yang sebelumnya diprediksi akan turun setelah libu lebaran justru malah mengalami kenaikan.
BACA JUGA:Harga Pasaran Hewan Kurban Jelang Idul Adha di Kaur Tertinggi Capai Rp17 Juta
"Naiknya harga mobil dan motor baru, lalu tarif layanan rumah sakit swasta yang mengalami kenaikan. Namun ini tidak berlaku bagi rumah sakit pemerintah, lalu yang juga di luar prediksi adalah harga tiket pesawat yang masih tinggi. Hal ini karena di Bulan Mei ada cuti tanggal merah, sehingga maskapai tetap mempertahankan harga tiket seperti saat lebaran," terang Ibram, Kamis 6 Juni 2024.
BACA JUGA:Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Komunitas Peduli Lingkungan Ingatkan Pesisir Bengkulu Bakal Tenggelam
Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi m-to-m, antara lain daging ayam ras, angkutan antar kota, tarif kendaraan travel, jeruk, tomat, daging sapi, telepon seluler, cabai rawit, dan bayam.
Lanjut Ibram, namun di sektor konsumsi yang di luar prediksi adalah harga beras yang semestinya turun karena bertepatan dengan musim panen raya di bulan Mei, justru malah turut menyumbang inflasi.
BACA JUGA:Tersangka Pembunuhan di RS An-Nissa Rejang Lebong Terancam Hukuman Mati
"Harga beras yang sebelumnya diprediksi akan deflasi karena bertepatan dengan panaen raya, justru ikut menyumbang kenaikan inflasi, hal ini karena Badan Urusan Logistik menaikan harga beras SPHP. Namun untuk beras lokal harganya masih stabil, tutupnya.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: