Selanjutnya penderita akan mengalami ketidakmampuan berjalan, cadel, tremor, otot berkedut atau kejang, tertawa, menangis secara acak dan kompulsif.
Hal tersebut berdampak buruk pada penurunan berat badan dan kematian.
Puncaknya pada tahun 1960, penyakit sapi gila membunuh lebih dari 2 persen populasi Suku Fore setiap tahunnya.
Korban lebih banyak terjadi pada wanita, jumlahnya lebih dari delapan kali dari pria.
Melansir dari Ancient Origins, ritual memakan otak itu akhirnya dilarang setelah menyebarnya penyakit sapi gila.
Perlahan, penyakit sapi gila tersebut menghilang.
Kemudian, para ilmuwan menemukan hasil mutasi genetik dari efek penyakit sapi gila di tubuh Suku Fore yang berhasil hidup dari serangan penyakit tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Tradisi Bakar Tongkang, Awal Mula Datangnya Etnis Tionghoa ke Bagansiapiapi
Sayangnya tidak ada obat untuk penyakit kuru. Kehilangan koordinasi fungsi tubuh akibat prion tidak dapat disembuhkan, karena prion juga sulit untuk dihilangkan dari otak.
Satu-satunya cara pencegahan penyakit kuru adalah mengahpuskan praktik kanibalisme.
Namun tenang saja, Suku Fore telah menghentikan praktik kanibalismenya sekitar 50 tahun yang lalu.
(*)