Michelia Bano Safitri pelajar SMAN 1 Kota Bengkulu mengatakan, bahwa melihat realita bumi saat ini kita sudah seharusnya sadar dan bergerak cepat melawan krisis iklim penyebab abrasi.
BACA JUGA:Menantu Tusuk Mertua hingga Kritis Ditangkap
Terlebih kita harus memerangi penggunaan energi kotor batubara sebagai biang keroknya.
"Saya ingin anak muda Indonesia terutama pelajar yang ada di Kota Bengkulu mulai peduli kondisi lingkungan. Jika kita tidak peduli, maka 10-15 tahun ke depan daratan, sekolah, bahkan rumah kita hilang ditelan air laut. Di masa itu juga kita pelajar sedang produktif sementara bumi kita rusak, maka dapat dipastikan kita akan semakin lebih sengsara dari hari ini," tegas Michelia.
BACA JUGA:Kejari Seluma Selesaikan Kasus Penganiayaan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Mereka juga menyampaikan beberapa seruan yakni:
- Presiden Republik Indonesia untuk tidak bermain-main dengan program transisi energi yang sekarang sedang berjalan dengan menutup 171 PLTU batubara di Indonesia, termasuk 33 unit PLTU batubara di Pulau Sumatera berkapasitas 3.566 Megawatt (MW).
- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menghentikan eksploitasi Pesisir Pantai Bengkulu untuk kepentingan investasi semata.
- Gubernur Bengkulu untuk bekerja memastikan desa-desa di kawasan pesisir di Provinsi Bengkulu selamat dari ancaman.
BACA JUGA:Disiarkan Langsung BETV, Pembukaan MTQ ke-36 Tingkat Provinsi Bengkulu Berlangsung Meriah
Pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu Kontributor utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim.
Endcoal.Org mencatat sejak 2006–2020 setidaknya ada 171 PLTU batubara yang beroperasi di Indonesia dengan total kapasitas 32.373 megawat. Pembangkit–pembangkit ini ikut menyumbang CO2 yang dihasilkan oleh seluruh PLTU di dunia mencapai 258.394 juta ton untuk rata-rata emisi tahunan sekitar 6.463 juta ton.
Perjanjian Paris pada tahun 2015 bahwa pemerintahan dunia berkomitmen menjaga suhu bumi dibawah 1,5 derajat celcius pada tahun 2030, maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan memangkas emisi global sebesar 70% dari emisi saat ini, termasuk dari sektor energi, salah satunya penggunaan energi fosil batubara. (Ilham)