BENGKULU, BETVNEWS - Maman, begitu sapaan akrab Karmandi Hartono, seorang warga Sawah Lebar, Kota Bengkulu yang mengingat kembali peristiwa penuh haru tiga tahun lalu.
Meski kini kehidupan keluarganya berjalan normal, namun kenangan pahit itu tetap membekas kuat di benaknya.
Saat itu, ia tengah berusaha menyelamatkan nyawa dua orang terkasih dalam hidupnya, istrinya yang sedang hamil tua dan janin yang siap dilahirkan.
BACA JUGA:Tim Hukum Sebut Undangan Tidak Sesuai Format Sebagai Alasan Ketidakhadiran Helmi Hasan
Namun siapa sangka, usahanya justru menemui kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kala itu, malam masih pekat. Istrinya, Dina Maryana, mulai merasakan tanda-tanda melahirkan.
Maman yang tak ingin mengambil risiko langsung memutuskan membawa sang istri ke Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu.
BACA JUGA:97 Seniman se-Provinsi Bengkulu Ikuti Lomba Mural Peringatan HUT Brimob ke-79
Harapannya, rumah sakit ini bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi proses kelahiran buah hati mereka. Namun kenyataan berbicara lain.
Setibanya di sana, Maman dan istrinya menghadapi penolakan yang menusuk hati.
Rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pertolongan justru menolak untuk memberikan layanan, tanpa penjelasan yang memadai.
BACA JUGA:Cagub Nomor 1 Helmi Hasan Tidak Hadir dalam Pemanggilan Bawaslu Terkait Tindak Pidana Pemilu
Merasa terpojok dan kecewa, Maman akhirnya membawa kembali Dina ke rumah, meskipun rasa cemas melandanya sepanjang perjalanan.
Namun, takdir berkata lain. Dini hari itu, sebelum sempat mencapai rumah, Dina tak lagi mampu menahan rasa sakit dan desakan melahirkan.
Di bawah langit dini hari yang sunyi, di pinggir jalan yang lengang, Dina melahirkan anak mereka dengan Maman sebagai satu-satunya saksi dan pengawal di momen genting tersebut.