Namun, sore harinya, saat masuk kandang, selera makan kerbaunya berkurang. Dari hidungnya, kerbau juga tampak mengeluarkan lendir serta mengeluarkan suara ngorok.
BACA JUGA:Kota Bengkulu Raih Penghargaan IGA 2024 sebagai Kota Sangat Inovatif
BACA JUGA:7 Dampak Negatif Kayu Manis yang Perlu Diketahui
"Kami sudah berupaya memberikan suntikan vitamin dan obat, tetapi tidak ada perubahan," tambah Dahlan.
Kematian mendadak pada ternak kerbau ini tidak hanya dialami oleh Dahlan. Ia menyebutkan bahwa sekitar 30 ekor ternak milik warga lain di wilayah tersebut juga mati.
"Saya memiliki 25 ekor kerbau, tujuh di antaranya mati, dan sekarang masih ada 18 ekor yang tersisa," katanya.
Terkait kondisi ternaknya, Dahlan dan beberapa peternak lainnya telah mengadukan masalah ini kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dinakeswan) Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:Kota Bengkulu Raih Penghargaan IGA 2024 sebagai Kota Sangat Inovatif
BACA JUGA:7 Dampak Negatif Kayu Manis yang Perlu Diketahui
Dahlan berharap, pihak Dinakeswan dapat memberikan vaksinasi untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, mengingat peternak di kawasan tersebut belum pernah menerima bantuan vaksinasi sebelumnya.
"Kami ingin menyelamatkan ternak yang masih hidup. Kalau semuanya mati, kami akan merugi besar. Saat ini saja, saya sudah rugi sekitar Rp70 juta," kata Dahlan.