
Namun, keberhasilan mediasi masih tergolong rendah. Dari total 899 kasus, hanya sekitar 7% pasangan yang berhasil rujuk dan membatalkan gugatan cerai.
BACA JUGA:Kenali 6 Jenis Selada Pelengkap Salad Ini, dari Rasa, Bentuk, Ukuran, dan Warnanya
BACA JUGA:Dinas PMD: Baru 4 Desa di Seluma Laporkan Hasil Capaian BUMDes
“Keberhasilan mediasi sangat bergantung pada itikad baik kedua belah pihak, kepedulian terhadap anak-anak, serta kemampuan mediator menjembatani konflik,” jelasnya.
Sahri menekankan bahwa perceraian berdampak besar pada anak-anak.
“Anak-anak sering menjadi korban yang tidak terlihat dari perceraian. Mereka harus menghadapi perubahan besar dalam hidupnya, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis mereka,” ungkapnya.
Oleh karena itu, mediasi menjadi upaya penting untuk meminimalkan dampak negatif perceraian.
BACA JUGA:Pidato Perdana Helmi-Mian sebagai Gubernur dan Wagub Bengkulu Terpilih di Rapat Paripurna
BACA JUGA:Manfaat dari Konsumsi Tahu Sehari-hari, Cek di Sini! Dipercaya Dapat Menurunkan Kadar Kolesterol
“Kami selalu mendorong pasangan untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka, terutama jika mereka memiliki anak. Sebab, anak-anak tidak berdosa, tetapi mereka sering kali menanggung beban konflik orang tua,” tambah Sahri.
Sebagai penutup, Sahri memberikan beberapa tips untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
“Komunikasi yang baik, rasa tanggung jawab, dan saling menghormati adalah kunci utama. Selain itu, pasangan harus mampu menyelesaikan konflik tanpa melibatkan emosi yang berlebihan,” pesannya.
Dengan angka perceraian yang terus meningkat, Sahri berharap masyarakat Bengkulu lebih bijak dalam menghadapi masalah rumah tangga dan memanfaatkan mediasi sebagai upaya penyelesaian.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Obat Apotek Untuk Atasi Cantengan, Salah Satunya Betadine Obat Sejuta Umat
“Perkawinan bukan hanya tentang kebahagiaan pasangan, tetapi juga tentang masa depan anak-anak yang membutuhkan keluarga yang utuh dan harmonis,” tutupnya.
