DPRD Seluma Soroti Penjualan Pupuk Subsidi di Atas HET, Dugaan Permainan Distribusi Mencuat
Anggota DPRD Seluma, Binanto--(Sumber Foto: Jul/BETV)
BENGKULU, BETVNEWS – Harga pupuk subsidi yang dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) di Kabupaten Seluma menjadi sorotan serius Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Seluma.
Sejumlah petani mengeluhkan harus membeli pupuk subsidi seharga hingga Rp160 ribu per sak, jauh di atas HET yang seharusnya hanya Rp115 ribu.
Anggota DPRD Seluma, Binanto, menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima laporan langsung dari masyarakat, khususnya dari Desa Sari Mulyo, Kecamatan Sukaraja, yang menjadi titik awal munculnya masalah tersebut.
BACA JUGA:Ibu Hamil Dilarang Konsumsi Daun Kemangi, Cek 4 Kelompok Orang Lainnya Disini!
BACA JUGA:Pemprov dan RBMG Bersinergi Bangun Provinsi Bengkulu, Gubernur: Media Mitra Strategis Pemerintah
"Dinas Pertanian jangan hanya mengeluarkan klarifikasi, tapi harus turun langsung ke lapangan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pastikan pupuk itu benar-benar sampai ke petani sesuai dengan harga HET," tegas Binanto.
DPRD menduga adanya praktik yang merugikan petani, seperti pengondisian kelangkaan pupuk untuk kemudian dijual dengan harga lebih tinggi.
Hal ini dikhawatirkan merupakan bentuk permainan harga yang dilakukan oleh oknum tertentu dalam rantai distribusi.
“Kalau menurut dinas pupuk tidak langka, tapi faktanya petani mengeluh susah mendapatkan pupuk sekalipun ada harga dijual mahal, ini seperti ada permainan. Kami siap ikut turun langsung ke lapangan jika dibutuhkan," tambah Binanto.
BACA JUGA:Saldo DANA Cair Lagi, Coba Pakai Fitur Ini! Auto Bisa Dapat Uang Rp200 Ribu
BACA JUGA:Saldo DANA Bertambah, Cek Aplikasi Penghasil Uang Gratis Ini! Cukup Undang Teman Dapat Reward
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluma, Arian Sosial, membantah adanya kelangkaan pupuk.
Ia menegaskan bahwa berdasarkan pantauan pihaknya, stok pupuk masih tersedia dan harga resmi di kios masih mengacu pada HET.
“Kami sudah menurunkan tim untuk menelusuri laporan di lapangan dan menemui sejumlah narasumber, seperti ketua kelompok tani (Gapoktan) dan pemilik kios. Hasilnya, pupuk di Seluma tersedia dan tidak langka. Nota penjualan dari kios pun masih mengacu pada HET,” jelas Arian.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

