Kecerdasan Buatan (AI) dalam Dakwah Islam Menciptakan Peluang, Tantangan, dan Etika di Era Digital
llustrasi. Kecerdasan Buatan (AI) dalam Dakwah Islam Menciptakan Peluang, Tantangan, dan Etika di Era Digital--(Sumber Foto: Doc/BETV)
BACA JUGA:Belum Banyak yang Tahu! Buah Sawo Kaya Akan Antioksidan, Cek 10 Daftar Manfaatnya untuk Kecantikan
Tak hanya itu, AI juga memfasilitasi penyebaran dakwah melalui media sosial dengan cara yang lebih efektif. Melalui analisis algoritma, para dai digital kini dapat memahami tren yang sedang berkembang dan menyesuaikan konten dakwahnya agar lebih menarik dan menjangkau lebih banyak audiens.
Dalam artikel yang diterbitkan oleh Monday Review pada September 2023, disebutkan bahwa dai yang menggunakan AI untuk mengelola waktu unggah dan segmentasi audiens mengalami peningkatan interaksi hingga 40% dibanding metode manual. Ini menunjukkan bahwa dakwah yang dibantu teknologi bukan hanya inovatif, tapi juga lebih terukur.
BACA JUGA:Ini Dia Sederet Manfaat Mengonsumsi Sawi Putih Bagi Kecantikan, Cara Alami Cerahkan Kulit Wajah
BACA JUGA:Sawi Putih Mengandung Mineral yang Tinggi, Cek di Sini 7 Manfaat yang Bisa Diklaim untuk Kesehatan
Peran AI juga terlihat dalam pengembangan chatbot keislaman, yang kini banyak digunakan untuk menjawab pertanyaan keagamaan dasar secara otomatis.
Contohnya adalah layanan seperti "Ask Imam" dan “Fatwa AI” yang berbasis natural language processing (NLP). Teknologi ini memungkinkan umat bertanya seputar fikih, ibadah, dan etika Islam, dan mendapatkan jawaban instan yang dirujuk dari kitab dan pendapat ulama.
Walaupun belum menggantikan peran ulama atau guru agama, chatbot seperti ini dapat membantu masyarakat awam dalam mencari pengetahuan dasar agama kapan pun dibutuhkan.
BACA JUGA:Awas Ada Penipuan Link, Ini Tips Aman Gunakan Link DANA Kaget, Wajib Dicatat!
BACA JUGA:Klaim Sebelum Habis! Buruan Cek Disini Link DANA Kaget Terbaru Edisi Rabu, 21 Mei 2025
Namun, pemanfaatan AI dalam dakwah tentu tidak terlepas dari tantangan. Salah satunya adalah keakuratan dan validitas informasi yang disampaikan. Karena AI bekerja berdasarkan data yang tersedia, ada risiko ketika sistem ini mengakses atau belajar dari sumber yang tidak otoritatif.
Tanpa pengawasan manusia, terutama dari kalangan ulama atau ahli agama, AI bisa saja menyebarkan interpretasi yang keliru atau bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Di sinilah pentingnya pengembangan sistem AI berbasis kurasi yang ketat dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga keagamaan terpercaya.
BACA JUGA:Modal Jalan Kaki Dibayar Saldo DANA Gratis Lewat Aplikasi Gogo Cash, Mau? Simak Disini Caranya!
Tantangan lain terletak pada aspek etika dan privasi. Banyak aplikasi dakwah digital yang menggunakan AI mengumpulkan data pengguna untuk mempersonalisasi pengalaman keagamaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

