Harga BBM Melambung, Harga Karet Melempem Ekonomi Terancam Anjlok

Harga BBM Melambung, Harga Karet Melempem Ekonomi Terancam Anjlok

Petani karet di desa Sukamaju Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma saat menjual karet yang mengalami penurunan harga secara drastis, Minggu 18 September 2022.--(Sumber Foto: Wisnu/Betv).

SELUMA, BETVNEWS - Berbanding terbalik dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), harga karet di Kabupaten Seluma saat ini turun secara drastis, dari sebelumnya Rp11.000 per kilogram saat ini turun menjadi Rp4.000 per kilogram.

Hal ini tentu sangat berdampak pada ekonomi masyarakat, disaat semua harga kebutuhan naik berbarengan dengan BBM, justru para petani kembali dipukul dengan harga karet yang turun bahkan lebih dari 70 persen.

BACA JUGA:Jatuh dan Terlindas Truk, Pelajar di Bengkulu Utara Meninggal Dunia

Hal ini harus membuat para petani karet beralih profesi menjadi tukang bangunan, serta harus mencari pekerjaan lain untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Gusti Apriadi salah satu pengepul karet di desa Sukamaju Kecamatan Air Periukan, penurunan harga karet tersebut sangat memukul para petani karet di Kabupaten Seluma, karena harus bertahan ditengah ekonomi yang sulit.

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Bawaslu RI Umumkan 3 Nama Calon Bawaslu Provinsi Bengkulu

"Kalau saat ini, semenjak BBM naik dan langka, harga karet mengalami penurunan yang cukup drastis dari Rp11.000 menjadi Rp4.000," jelas Gusti Apriadi Pengepul Karet, Minggu 18 September 2022.

Kondisi ini sangat memukul masyarakat di desa Sukamaju khususnya, karena memang kebanyakan masyarakat menggantungkan hidupnya dengan karet.

"Karena karet ini merupakan mata pencaharian disini, saat ini masyarakat semakin sulit dan ekonomi sangat turun," tambahnya.

BACA JUGA:Awal Pekan Depan, Sidang Ketiga Kasus RDTR Dilaksanakan

Senada, hal ini juga disampaikan Dede salah satu petani karet di desa Sukamaju, bahwa akibat turunnya harga karet tersebut pendapatan dirinya menurun drastis, dari sebelumnya mencapai Rp400 ribu perminggu menjadi Rp150 ribu.

"Karena saya ini bekerja dengan pemilik lahan, sehingga dengan pendapatan itu tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, jadi saya sementara cari peluang untuk bekerja sebagai kuli bangunan," jelas Dede. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: