Tradisi Unik di Jepang, Ada Festival yang Pesertanya Bebas Berkata Kasar, Ternyata Punya Makna yang Mendalam

Tradisi Unik di Jepang, Ada Festival yang Pesertanya Bebas Berkata Kasar, Ternyata Punya Makna yang Mendalam

Akutai Matsuri, festival memaki di Jepang,--(Sumber Foto: Doc/BETV)

BETVNEWS - Tiap negara memiliki tradisi yang dianut. Tradisi pun menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang bermanfaat. Contohnya budaya, kebiasaan, adat dan kepercayaan.

Tradisi adalah bagian penting dari budaya dan tradisi suatu negara, dan harus dihormati dan dipahami dengan baik oleh siapa saja yang berada di negara tersebut.

BACA JUGA:Menarik Dikunjungi! 5 Tempat Wisata Populer di Jepang, Ada Gunung Fuji dan Kastil Osaka

Meskipun beberapa tradisi mungkin terdengar aneh dan nyeleneh bagi orang yang tidak familiar dengan budaya tersebut, namun tradisi-tradisi tersebut memiliki makna dan arti yang mendalam bagi masyarakat setempat. 

Salah satu tradisi unik dan menarik yakni festival Akutai Matsuri dari Jepang.

Festival Akutai Matsuri merupakan festival memaki dengan menggunakan bahasa yang kasar atau kotor.

BACA JUGA:4 Tempat Wisata Menarik di Kyoto Jepang, Salah Satunya Disebut 'Jembatan Surga', Cocok Jadi Rekomendasi!

Dalam bahasa Jepang, Akutai didefinisikan sebagai bahasa kotor. Mulanya, festival ini dimulai pada pertengahan Periode Edo (1603-1868) sebagai cara untuk menangkal kejahatan dan menyingkirkan hal-hal yang membuat dada sesak.

Seiring waktu, festival ini telah berubah menjadi pelepas stres bagi para pesertanya.

Dalam festival ini, pukul 13.30 peserta akan berkumpul di Kuil Atago dan akan ada 13 pendeta Kuil Atago yang berpakaian putih seperti tengu (sejenis monster atau iblis asal Jepang). 

BACA JUGA:Keunikan Penduduk Asli Jepang, Suku Ainu yang Sempat Terlupakan Kini Diakui

Para pendeta tersebut mulai mendaki Gunung Atago hingga ketinggian 306 meter. Sementara peserta yang mengikutinya bebas melontarkan hinaan dan makian terhadap 13 pendeta tersebut dan akan mencuri persembahan mereka.

Selama perjalanan itu, ke-13 pendeta akan berhenti di 16 hokora (kuil kecil) untuk mempersembahkan berbagai jimat keberuntungan untuk keselamatan dan kesehatan.

Menariknya, jimat atau persembahan tersebut tidak akan bertahan lama di altar karena para peserta berebut untuk mengambilnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: