150 Ekor Harimau Sumatera di Kawasan TNKS Terancam Perburuan Liar dan Perambahan Hutan
Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia (RI) mencatat populasi Harimau Sumatera tersisi sekitar 150 ekor. --(Sumber Foto: Ilham/BETV)
BENGKULU, BETVNEWS - Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia (RI) mencatat populasi Harimau Sumatera tersisi sekitar 150 ekor.
Hal ini, terungkap dalam diskusi Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dengan Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sejumlah peserta Global Tiger Day 2024 di Desa Pal Delapan, Kamis malam 25 Juli 2024).
Gubernur Bengkuku Rohidin Mersyah menyampaikan, kelestarian kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) harus dijaga untuk memastikan perlindungan terhadap hewan-hewan yang hidup di dalamnya agar terhindar dari kepunahan.
BACA JUGA:Dinkes Seluma Targetkan 23.077 Anak Terima Imunisasi Selama PIN Polio 2024
BACA JUGA:Daftar Sederet PNS, Polri hingga Jaksa Aktif Warnai Pilkada di Bengkulu 2024
"Kelestarian kawasan hutan TNKS ini merupakan tanggung jawab bersama, termasuk menjaga hewan-hewan yang dilindungi di dalam kawasan hutan tersebut," ujar Rohidin.
Kepala Balai Besar TNKS, Haidir, menambahkan bahwa saat ini terdapat sekitar 150 ekor harimau yang masih tinggal di kawasan hutan TNKS.
Namun, populasi harimau tersebut terancam oleh perburuan liar dan perambahan hutan secara ilegal yang dijadikan lahan perkebunan.
BACA JUGA:5 Cara Mudah Mengatasi Darah Rendah, Perhatikan Posisi Tubuh hingga Minum Obat
BACA JUGA:Penipuan Bermodus Jual Rumah dan Tanah Fiktif di Medsos, Korban Rugi Ratusan Juta
"Perburuan liar dan perambahan hutan secara ilegal merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup harimau Sumatera," jelas Haidir.
Sementara itu, Datuk Mawi, anggota tim Smart Patrol dari Lingkar Inisiatif yang berpatroli di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan, mengungkapkan bahwa perburuan liar telah mengalami penurunan dan tidak semasif dulu.
Hal ini disebabkan oleh alih fungsi habitat satwa menjadi lahan perkebunan.
"Perburuan harimau telah berkurang, bahkan hampir tidak ada lagi, karena banyak kawasan hutan yang telah beralih fungsi," ujar Mawi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: