BACA JUGA:Ada Sahabat Nabi yang Pernah Pingsan Ketika Puasa di Bulan Ramadhan, Begini Kisahnya
Yang sulit ketika dipraktikkan. Di sinilah Gus Dur mampu melakukannya tanpa sedikit pun rasa khawatir dan terbebani apapun.
Bukan sekedar itu saja, Gus Dur dalam hal ini mengenai musuh dalam dirinya, sudah sampai pada level “mencintai musuh”.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi yang Paling Miskin namun Bahagia, Bisa Dijadikan Teladan!
Meskipun Gus Dur pribadi tidak pernah mempunyai musuh, kecuali orang-orang yang memusuhinya.
Level “mencintai musuh” tidak hanya kerja keras pribadi, tetapi juga punya dampak atau mengundang reaksi hebat dari yang lain.
BACA JUGA:Setan Bergembira, Ketika Manusia Takut Miskin Karena Bersedekah, Naudzubillah Min Dzalik!
Bahkan bisa jadi gara-gara melaksanakan kata-kata tersebut secara konsisten, seseorang bisa minimal dicurigai dan maksimal dimusuhi oleh seantero negeri.
Apalagi jika sudah ada sentimen primordial seperti agama, ras, etnik, dan gender lalu dibumbui politik.
BACA JUGA:BERGETAR! Kisah Hancurnya Hati Para Sahabat, Saat Baginda Nabi Muhammad SAW Wafa
Namun, “cintailah musuhmu” bagi Gus Dur merupakan diplomasi kultural paling ampuh untuk memunculkan jalan keluar dari persoalan yang dinilai sangat sulit oleh sebagian orang.
Ini memang tidak mudah, tetapi tidak ada sesuatu yang sulit bagi Gus Dur.
Prinsip mencintai semua inilah yang kemudian menjadikan Gus Dur dicintai oleh siapapun.
Cinta kepada Gus Dur terlihat ketika Guru Bangsa ini meninggal dunia pada 30 Desember 2009 di RSCM, kemudian ketika disemayamkan di Pesantren Ciganjur, lalu dikebumikan di kompleks makam keluarga di Pesantren Tebuireng, Jombang.
BACA JUGA:Kisah Hamba Saleh, Kalah dari Godaan Setan yang Menjelma Kakek Tua