Dalam waktu yang cukup lama itu, air tetap mengalir pada kecepatan liter per menit, selain itu volume airnya cukup tak terduga.
"Ketika orang berpikir tentang air ini, mereka menganggap itu pasti sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu," ungkap Lollar.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi yang Hanya Ditemukan di Indonesia, Nomor 2 dan 3 Unik Tapi Mengerikan, Apa Saja?
Ditemukan adanya kandungan pada air tersebut. Lantas melalui senyawa kimia itu, ahli mengungkapkan bahwa pernah ada kehidupan di air tersebut.
"Dengan melihat sulfat di dalam air, kami dapat melihat sidik jari yang menunjukkan adanya kehidupan," tukas Lollar.
BACA JUGA:Ciptaan Allah Ini Sungguh Mengerikan, hingga Malaikat Mikail Tidak Pernah Tersenyum Lagi Karenanya!
Kemudian pada 2019, profesor geologi dan ilmu bumi Dr. Barbara Sherwood Lollar dari University of Toronto diberi penghargaan sains tertinggi Gerhard Herzberg Canada Gold Medal for Science and Engineering sejumlah 1 juta dolar AS.
Berkat penemuannya pada 2016 tentang air tertua di dunia tersebutlah, akhirnya ia diberikan penghargaan.
BACA JUGA:Daftar Gaji PPPK dan Tunjangan Terbaru Juni 2023, Terendah Rp1,7 Juta Lebih
Bahkan, dari penemuan itu juga ia memenangkan John C. Polanyi Award dari NSERC pada 2016.
Hasil dari penelitian itu juga telah dipublikasikan pada 2016 oleh Lollar dan rekan-rekannya, yang diberi judul "Sulfur mass-independent fractionation in subsurface fracture waters indicates a long-standing sulfur cycle in Precambrian rocks". Penelitiannya sudah terbit pada jurnal Nature Communications.
BACA JUGA:Terancam Punah, Auman Burung Bittern Terdengar Kembali di New South Wales
Analisis kimia menunjukkan bahwa sampel pada air tersebut adalah 1,6 miliar tahun.
Dari artikel Maclean's menyampaikan adanya bau apak dari air tertua tersebut merupakan penunjuk utama.
"Ini benar-benar mengikuti hidung Anda sampai ke batu, untuk menemukan retakan atau retakan di mana air mengalir," ujar Lollar.