Dengan memutuskan jari, mereka berharap dapat mengurangi beban kesedihan dan mengembalikan keseimbangan hidup.
Tradisi potong jari dilakukan dengan cara memutuskan ujung jari tangan atau kaki dengan pisau batu atau bambu.
Luka yang ditimbulkan kemudian dibakar dengan api untuk menghentikan pendarahan dan membentuk luka bakar.
Jari-jari yang sudah diputuskan kemudian dikuburkan di tempat suci atau diletakkan di dekat makam orang yang meninggal.
BACA JUGA:DPRD Kota Bengkulu Umumkan Akhir Masa Jabatan Helmi Hasan-Dedy Wahyudi
Proses pemutusan jari dilakukan tanpa anestesi atau obat penghilang rasa sakit, sehingga sangat menyiksa bagi pelakunya.
Namun, mereka tetap melakukannya dengan penuh kesabaran dan ketabahan hati sebagai bentuk cinta dan kesetiaan kepada orang yang meninggal.
BACA JUGA:Nujuh Likur Tradisi Ramadhan Suku Serawai, Begini Sejarah, Makna dan Filosofinya
Tradisi potong jari memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan kehidupan wanita suku Dani.
Selain menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, tradisi ini juga meninggalkan luka permanen yang mengganggu fungsi tangan atau kaki.
BACA JUGA:5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan dari Berbagai Daerah di Indonesia
Wanita suku Dani yang sudah memutuskan jari akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menanam, memasak, atau menjahit.
BACA JUGA:8 Tradisi Unik Valentine di Berbagai Negara, Tukar Kado hingga Bakar Foto Mantan
Selain itu, tradisi potong jari juga berdampak pada populasi suku Dani.
Dengan banyaknya wanita suku Dani yang memutuskan jari, jumlah keturunan mereka akan berkurang.