Nujuh Likur Tradisi Ramadhan Suku Serawai, Begini Sejarah, Makna dan Filosofinya

Nujuh Likur Tradisi Ramadhan Suku Serawai, Begini Sejarah, Makna dan Filosofinya

Kegiatan Nujuh Likur yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Seluma beberapa hari yang lalu.--(Sumber Foto: Tim/Betv).

BENGKULU, BETVNEWS - Setiap memasuki bulan ramadhan, banyak tradisi yang dilakukan masyarakat daerah di Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu. 

Bengkulu memang terkenal memiliki banyak ragam bahasa dan budaya, salah satu budaya tersebut yaitu tradisi nujuh likur (tujuh likur) atau Ronjok Sayak yang dimaksudkan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal. 

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Waspada Oknum Mengaku Karyawan BETV Beraksi di Kepahiang, Minta Pembayaran Iklan ke Bupati

Tradisi ini merupakan budaya yang berasal dari salah satu suku di Bengkulu yaitu suku serawai yang banyak menetap di Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Tradisi nujuh likur merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan perpisahan bulan Ramadhan dan menyambut datangnya idul fitri.

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada malam ke 27 di bulan Ramadhan.

BACA JUGA:Bupati Mukomuko, Kapolres dan Dandim Tinjau Posko Pengamanan dan Pelayanan Lebaran 2023

Dimana masyarakat membakar lujuk atau batok kelapa sebagai salah satu tradisi untuk berpisah dengan bulan Ramadhan

Makna simbol dari tradisi Malam Nujuh Likur yakni menggambarkan pada malam kedua puluh tujuh itu kemungkinan turunnya malam penuh rahmat yang didamba setiap orang yang beriman, yaitu malam Lailatul Qadar.

Nujuh likur memiliki arti dua puluh tujuh menurut bahasa suku Serawai 

Dari sisi filosofis, tempurung kelapa dipilih karena perlambangan buah penuh manfaat. Buah perlambangan rasa syukur, semakin banyak syukur yang dipanjatkan (tempurung) maka semakin cepat pula Tuhan melimpahkan rahmatNya.

BACA JUGA:BSI Berangkatkan 619 Peserta Mudik, Sediakan 3 Bus Khusus Disabilitas

Pada masanya dulu, tradisi nujuh likur di masyarakat suku serawai dilakukan oleh anak-anak yang akan mengumpulkan tempurung atau batok kelapa, yang biasanya dikumpulkan pada jauh-jauh hari sebelum malam nujuh likur. 

Jauh-jauh hari sayak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur agar mudah terbakar dan dilubangi tengahnya untuk disusun di pancang kayu lanjaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: