Mereka pun bertahan hidup dengan menjadi nelayan di perantauan.
Setelah mendapat keberkahan tersebut, masyarakat keturunan Tionghoa lantas berterimakasih kepada Dewa Kie Ong Ya serta Dewa Tai Sun dengan cara membakar tongkang.
BACA JUGA:Suku Zoe Amazon, Suku Pedalaman Paling Bahagia, Junjung Tinggi Tradisi Musyawarah Mufakat
Nah, pembakaran tongkang ini sebagai sesajen untuk dewa laut menjadi bentuk ucapan rasa syukur mereka.
Selanjutnya para imigran China lantas memberi kabar pada saudara-saudara dari Negeri Tirai Bambu bahwa daerah yang ditempati tersebut ikan berlimpah.
Hingga satu per satu datang ke daerah pesisir ini, dan berkembang sampai kini.
BACA JUGA:6 Suku di Dunia Punya Tradisi Aneh Tak Lazim, Suku Trobriander Salah Satunya
Dengan keahlian yang dimiliki para leluhur Tionghoa tersebut kemudian memberikan hasil penangkapan yang terus berlimpah.
Hasil yang berlimpah ini lalu diekspor ke sejumlah benua, dan dinobatkan menjadi daerah yang berpenghasilan ikan laut terbesar ke dua di dunia setelah Norwegia di masanya.
Prosesi Bakar Tongkang di Riau
BACA JUGA:Suku Atayal Punya Tradisi Ekstrem Penggal Kepala Musuh, Lalu Dijadikan Mas Kawin Melamar Wanita
Sebelum memulai Bakar Tongkang, terlebih dulu masyarakat akan sembahyang di kelenteng Ing Hok Kiong (kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar).
Kemudian acara berlanjut dengan arak-arakan menuju tempat pembakaran sampai pada puncaknya dilakukan pembakaran di hari berikutnya.
Prosesi untuk pembakaran tongkang ini akan dimulai dengan menempatkan posisi haluan tongkang berdasarkan petunjuk Dewa Kie Ong Ya (Dewa laut).
BACA JUGA:Akutai Matsuri, Festival Memaki, Tradisi Budaya Jepang yang Unik dan Penuh Makna
Tongkang yang sudah menempati posisi, setelah itu kertas sembahyang ditimbun mendekati lambung kapal yang sudah siap untuk dibakar.