BENGKULU, BETVNEWS - Nasib bisnis Pertashop di tengah ketidakpastian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selalu berubah-ubah membuat sejumlah pengusaha pertashop khawatir.
Hal ini, perwakilan dari Himpunan Pengusaha Muda Pertashop Indonesia (HPMPI) menemui Presiden ke-7 Joko Widodo.
Ketua Umum HPMPI yang juga pengusaha Pertashop di Bengkulu, Steven, menyampaikan salah satu isu utama yang menjadi perhatian dalam pertemuan tersebut adalah ketidakpastian bisnis Pertashop di tengah fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, seperti Pertamax dan Dexlite.
Para pengusaha Pertashop merasa sangat was-was setiap akhir bulan, terutama ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan.
BACA JUGA:BPBD Kota Bengkulu Siagakan 51 Personel Antisipasi Bencana saat Pilkada Serentak
BACA JUGA:Penyaluran BBM Terlambat Imbas Perbaikan Jembatan Bengkulu Utara-Mukomuko, Ini Kata Pertamina
"Jika harga minyak dunia naik, Pertamina akan menyesuaikan harga BBM non-subsidi menjelang akhir bulan atau sewaktu-waktu, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap bisnis kami," ujarnya.
Steven menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap nasib para pengusaha Pertashop, yang selama ini hanya diperbolehkan menjual produk BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan Dexlite.
“Kami berharap ada perhatian nyata dari pemerintahan baru terhadap keberlanjutan usaha Pertashop. Setiap akhir bulan, kami dilanda kecemasan ketika harga minyak dunia berfluktuasi dan Pertamina menyesuaikan harga BBM yang berimbas pada beban operasional kami,” ujar Steven.
Kondisi yang dihadapi oleh para pengusaha Pertashop saat ini dinilai sulit.
BACA JUGA:Daun Kedondong Ampuh Mencegah Kanker, Cek Manfaat Lengkapnya di Sini
BACA JUGA:Entaskan Kemiskinan Ekstrem di Bengkulu, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Gelar Pelatihan Barista
Dengan harga Pertamax dan Dexlite yang lebih tinggi dibandingkan BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Bio Solar, mereka merasa kalah saing dengan pengecer-pengecer BBM yang menjual jenis BBM bersubsidi tersebut secara bebas.
“Banyak pengecer yang menjual Pertalite dan Bio Solar dengan harga jauh lebih rendah. Mereka menjualnya di sepanjang jalan, dan kami tidak tahu dari mana mereka mendapatkan pasokan BBM bersubsidi ini. Kondisi ini jelas membuat usaha kami tidak kompetitif,” jelas Steven.
Steven melanjutkan bahwa dampak dari persaingan yang tidak seimbang ini mulai terasa pada kondisi keuangan para pengusaha Pertashop.
Omzet yang rendah membuat banyak dari mereka kesulitan untuk membayar angsuran kredit di bank, bahkan beberapa terancam mengalami penyitaan aset karena gagal bayar.