Benteng, Komunitas, Suara Laut dan Pintu

Rabu 01-10-2025,21:15 WIB
Reporter : Mahatma Muhammad
Editor : Ria Sofyan

BACA JUGA:Manfaatkan Kesempatan Ini! Satu Kali Main Dibayar dengan Uang Digital, Yuk Mainkan Sekaranng!

Suara Laut dan Pintu?

Selain bukit yang berbaris, Bengkulu adalah laut. Saya percaya, laut selalu terbuka. Ia menerima kapal asing, rempah-rempah, dan pengaruh dari jauh. Tapi saya juga percaya, laut punya arus dan suara sendiri yang lahir dari komunitas budaya sekitarnya. Sebab itulah kebudayaan tidak pernah statis. Ia seperti laut yang bergelombang. Kadang tenang, kadang badai, tapi selalu bergerak. Festival Budaya harus berani mengikuti gerak ini, bukan menakutinya. Budaya tidak bisa jadi barang antik. Biarkan ia berdenyut, berisiko, dan selalu berubah.

Benteng Marlborough cuma tumpukan batu jika tidak diisi suara. Festival cuma jadi jadwal acara biasa jika tidak diberi narasi. Komunitas cuman pemain cadangan jika tidak diberi otoritas. Kalau Festival Serempak atau festival budaya sejenis yang kita gagas hanya menjadi pesta tahunan, ia akan padam begitu lampu panggung dimatikan dan pintu benteng ditutup. Tapi kalau ia dijaga komunitas, disokong kolaborasi, dipicu inovasi, dan diberi tema yang berani, festival budaya ini bisa menjadi pintu masuk untuk tahun-tahun berikutnya. Pintu masuk generasi muda untuk kenal, mengakrabi, dan mengembangkan warisan budaya mereka. Pintu bagi Bengkulu untuk membaca ulang laut dan arus sejarahnya.

BACA JUGA:3 Remaja Diduga Gengster Diamankan Warga di Bengkulu

BACA JUGA:Mutasi Pejabat Eselon II Seluma Digelar Lagi, 5 Posisi Ini Masih Kosong

Budaya tidak berhenti pada satu generasi, kawan-kawan. Hehe.

 

 

 

 

 

 

 

 

Kategori :