Ekoteologi dan Krisis Lingkungan: Refleksi Sosial atas Banjir dan Longsor di Sumatera

Senin 22-12-2025,10:22 WIB
Reporter : **
Editor : Wizon Paidi

BACA JUGA:Retreat Merah Putih Ajang Peningkatan Ilmu dan Iman ASN Pemprov Bengkulu

Ekoteologi Islam mendorong umat untuk bersikap kritis terhadap model pembangunan yang merusak, serta aktif membela kelompok rentan yang menjadi korban krisis lingkungan. Dengan demikian, Islam hadir sebagai kekuatan moral yang membela kehidupan, bukan sekadar narasi simbolik. 

Banjir dan longsor di Sumatera seharusnya menjadi momentum untuk membangun kesalehan baru, yakni kesalehan ekologis. Kesalehan ini tidak hanya diukur dari ritual keagamaan, tetapi juga dari sejauh mana manusia mampu menjaga keseimbangan alam dan menegakkan keadilan sosial. 

Dalam perspektif ekoteologi Islam, merawat bumi adalah bagian dari iman (Deklarasi Istiqlal, 2024). Tanpa perubahan cara pandang terhadap alam, bencana akan terus berulang dan penderitaan akan semakin meluas. 

Sudah saatnya iman diterjemahkan menjadi tindakan nyata untuk menjaga kehidupan bersama di bumi Indonesia dan umumnya dilakukan secara global.

Oleh: Samsuddin (Guru Besar Sosiologi Agama, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu)

 

Kategori :