Adanya Trauma hingga Menyebabkan Over Explaining, Ini Penjelasannya

Adanya Trauma hingga Menyebabkan Over Explaining, Ini Penjelasannya

Foto merupakan ilustrasi.--(Sumber Foto: Corelens/Andrean Lim)

BETVNEWS- Hal ini berupa trauma yang dialami hingga menyebabkan over explaining dalam menjalani kehidupan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa over explaining ini juga mempengaruhi beberapa hal, hingga yang awalnya dari trauma hingga takut jika akan terulang lagi.

BACA JUGA:4 Self Healing yang Dapat Berdampak pada Diri Sendiri, Lakukan Cara Ini

Penjelasan mengenai over explaining ini dapat kamu simak di sini.

Dilansir dari akun Instagram mudahbergaul, yang menjelaskan tentang over explaining.

BACA JUGA:Emosi Serumpun

Hal ini terjadi saat kita dalam kondisi menjelaskan sesuatu secara berlebihan, sebab takut jika tidak didengar, gak diterima, bahkan tak dianggap.

Contoh dari trauma yang dapat membuat diri jadi over-explaing:

BACA JUGA:Jadi Narasumber di BTS BETV, Kapolda: Akan Usut Tuntas Dugaan Kasus Korupsi Dana CSR di Rejang Lebong

- Merasa sering diremehkan, disepelekan, tidak pernah dihargai, serta tak pernah diapresiasi

- Terjebak dalam lingkungan yang toxic, bahkan pernah jadi korban bullying

BACA JUGA:Heboh Foto Artis Venna Melinda Bercucuran Darah, Ternyata Ini Sebabnya

- Selain itu, pernah yang namanya dikhianati, dibohongi, dikecewakan, serta dijahatin.

3 tanda bahwa diri kita termasuk orang yang suka over-explaining, yakni : berlebihan saat menjelaskan sesuatu, dihantui oleh perasaan takut, dan selalu mencoba untuk mengejar validasi.

BACA JUGA:Ribuan Jemaah Ikuti Tabligh Akbar Bersama Ustadz Solmed, Ini Respon Masyarakat

1. Berlebihan saat menjelaskan sesuatu

Contohnya:

Selalu memberi tahu hal-hal pribadi yang tidak seharusnya diketahui orang lain.

BACA JUGA:Ajak 5 Pejabat Eselon II, Bupati Seluma Gebrak Bengkulu Ekspress Media Grup, Ada apa?

Jika habis membuat suatu kesalahan, ia bisa heboh sendiri kemudian menjelaskan semua halnya sampai orang lain memaafkan diri itu.

2. Dihantui oleh perasaan takut ketika tidak memberikan penjelasan

BACA JUGA:Kabar Gembira! Pelabuhan Perikanan Nusantara Dibangun Tahun Ini

Diri kita resah ketika tidak memberikanpenjelasan, hal ini terjadi sebab takut membuat orang jadi marah, kecewa, bahkan tidak mendengarkan diri itu.

3. Selalu mencoba untuk mengejar validasi

BACA JUGA:Sepanjang 2022, Terdapat 5.400 Kasus Konvensional di Provinsi Bengkulu, Kapolda: Jadi PR Kedepan

Diri tersebut mencoba untuk mencari perhatian dari orang lain, ketika menjelaskan sesuatu secara berlebihan agar orang lain bisa memaafkan diri tersebut, sehingga kasian, simpati, bahkan juga memuji.

BACA JUGA:Coba Yuk! Main Game Ngobrol Sesuai Abjad di TikTok Diikuti oleh Pasangan Artis Ini, Benar Bikin Asyik?

Hal ini bisa jadi terjadi sebab dulu salah satu dari kita pernah mengalami tidak pernah didengarkan, selalu terabaikan, tak ada apresiasi dan dihargai.

BACA JUGA:Badan Statistik Provinsi Bengkulu Sebut Data Inflasi Per Kategori pada Oktober hingga November, Cek di Sini

Dikutip dari halcyon.my.id, Nicole LePera menjelaskan tentang diri sendiri secara berlebihan merupakan respons suatu trauma yang asalnya dari rasa takut mendalam akan penolakan dan pengabaian dari orang lain.

BACA JUGA:Ribuan Jemaah Ikuti Tabligh Akbar Bersama Ustadz Solmed, Ini Respon Masyarakat

Over explaining atau menjelaskan secara berlebihan ini juga berarti adanya gambaran dari sesuatu yang berlebihan.

Sementara berbagi berlebihan yakni sebuah ungkapan dari informasi dan detail suatu jumlah yang tidak begitu tepat mengenai kehidupan pribadi.

BACA JUGA:Langgar Aturan 'Kumpul Kebo' di Arab Saudi, Bagaimana Nasib Ronaldo dan Pacarnya?

Secara tidak sadar kita sering melakukan pengendalian suatu kecemasan yang dialami pada saat tertentu, berupa sinyal yang memiliki akar.

“Akar” dari pikiran tersebutlah yang harus kita temukan, atau terdapat perasaan tidak nyaman yang dirasakan tak pernah berhenti.

BACA JUGA:80 Personel Berjaga di Masjid Baitul Hikmah Kepahiang, Ternyata Amankan Ini

Selain itu, kita akan memakai banyak energy mental dalam mengelola perasaan ini dan tentang kesan orang lain mengenai diri sendiri.

Bahkan menjadi tugas yang melelahkan serta tanpa pamrih, hal tersebut membuat kita tidak sampai ke akar pemikirannya.

BACA JUGA:Viral Rombongan Pengantin Disambut Lato-lato, Ini Cerita Lengkapnya

Sebagian dari kita melakukan pencarian cinta tanpa syarat, padahal tidak begitu kita sebenarnya cukup memberikan syarat tentang hal tersebut.

Gagasan mengenai cinta bersyarat tidak sepenuhnya salah, hanya saja terkadang hal tersebut mengganggu pikiran kita.

BACA JUGA:Simak Infonya! Gara-gara Ronaldo, MU Batasi Gaji Pemainnya Loh

Saat kita sadar bahwa sering melakukan sesuatu yang memang berlebihan, dengan tujuan mendapatkan persetujuan orang lain.

Misalnya saat kita telat  atau terlambat, tentu secara otomatis menjelaskan tanpa jeda mengenai alasan ini.

BACA JUGA:Pimpin Sertijab Kasat Lantas dan Kasat Reskrim, Ini Wejangan Kapolres BS

Sehingga kita mencoba untuk memberi rasionalisasi kepada orang lain, kemudian mereka dapat memahami situasi tersebut. Hal ini dapat digambarkan bahwa kita sangat ingin menjelaskan agar dapat sesuai.

Ada pendapat yang dijelaskan dari Bobbi Banks bahwa terdapat alasan mengapa kita menjelaskan secara berlebihan.

BACA JUGA:Waspada HIV Aids, Ini Jumlah Kasus Terdeteksi di Mukomuko

Menurutnya, over explaining dapat menjadi sebuah respons trauma dan juga bisa berkembang sebagai adanya akibat dari gaslighting.

Kemudian, Banks juga menambahkan dengan kecemasan atau ADHD ini menjadi latar belakang munculnya penjelasan secara berlebihan.

BACA JUGA:Hidup Minimalis Bukan Fokus pada Terlalu Hemat hingga Netizen: Harus Balance

Hal tersebut dapat terjadi pada kita apabila dibesarkan dengan didikan yang cukup ketat yang mana dituntut harus membenarkan suatu pilihan.

Dalam hal penyembuhan diri dari mencari persetujuan orang lain berkenaan dengan penilaian pribadi, Dr. Nicole memberikan beberapa tips sebagai berikut:

BACA JUGA:Tingkatkan Hasil Pertanian Kelapa Sawit, Ini yang Diprioritaskan Pemkab Mukomuko

- Batas merupakan hak diri sendiri

- Realitas dan kebenaran diri sendiri adalah valid

BACA JUGA:Wow! Seorang Dokter di Pakistan Baru Saja Sambut Kelahiran Anak ke-60, Ngaku Ingin Tambah Lagi

- Rasa sakit yang belum usai terselesaikan terhadap orang lain (ini bagian dari pengalaman manusia), yang mana mempersonalisasi rasa sakit adalah sebuah pilihan yang tidak dapat dipelajari dan proyeksi tentang rasa diri mereka sendiri

BACA JUGA:Ciri-Ciri Mati Rasa hingga Tanda Kelelahan Mental Wanita Lengkap dengan Tipsnya, Cek di Sini

- Seseorang yang memiliki harga diri tinggi senantiasa menghormati kebutuhan orang lain, sebab mereka menghargai kebutuhan mereka sendiri

- Anak yang terluka batinnya akan dapat menciptakan suatu skenario di mana 2 orang dewasa menjadi anak-anak, yakni melatih pengampunan dan anugerah diri sendiri.

BACA JUGA:Jadi Narasumber di BTS BETV, Kapolda: Akan Usut Tuntas Dugaan Kasus Korupsi Dana CSR di Rejang Lebong

Hal ini dapat menjadikan kita sebagai seseorang yang mungkin tanpa sadar melakukan over explaining atau menjelaskan sesuatu yang berlebihan, dapat mengupayakan untuk perlahan-lahan memahami diri sendiri.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: