dempo

6 Jenis Gangguan Otak yang Jarang Diketahui, Penderita Bisa Alami Delusi

6 Jenis Gangguan Otak yang Jarang Diketahui, Penderita Bisa Alami Delusi

Ilustrasi. Jenis gangguan otak yang jarang diketahui, penderita bisa alami delusi.--(Sumber Foto: Tim/BETV)

BETVNEWS - Tidak sedikit orang mengalami masalah kesehatan, salah satunya terjadi gangguan otak. Hal ini bisa jadi masih banyak yang belum mengetahui.

Diketahui seseorang yang punya gangguan ini bisa mengalami delusi. Sehingga bagi kamu yang punya tanda tersebut perlu untuk segera datang ke dokter.

Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi sosial dan biologis otak seseorang. Untuk itu perlunya menjaga kesehatan otak agar bisa menjalani hidup dengan aman.

BACA JUGA:Waspadai 6 Penyakit yang Kerap Muncul di Musim Hujan, Ada Flu hingga Penyakit Kulit

Sebagaimana otak menjadi salah satu bagian penting dalam tubuh seseorang. Ia adalah organ kompleks yang bisa mengontrol pikiran, emosi, ingatan, penglihatan, pernapasan, rasa lapar, sampai hal-hal yang sifatnya mengatur tubuh.

Dengan kesadaran akan kemampuan diri, seseorang dapat mengoptimalkan fungsi kognitif, emosional, psikologis, serta perilakunya.

Faktor-faktor penentu tersebut bisa mempengaruhi cara otak berkembang dan bekerja, beradaptasi, hingga merespons stres terlebih bila mengalami kesulitan yang dihadapi semasa hidup.

BACA JUGA:7 Manfaat Plum Merah untuk Kesehatan Anak, Mendukung Tumbuh Kembang Otak Salah Satunya

Jika tidak dijaga baik, akan ada banyak sekali gangguan dan penyakit yang dapat berdampak buruk pada kesehatan otak.

Dikutip dari laman halodoc.com, berikut beberapa jenis gangguan otak yang jarang diketahui.

1. Skizofrenia

Skizofrenia ialah gangguan pada otak kronis dan dapat menyebabkan pengidapnya alami delusi, halusinasi, bicara tak teratur, masalah pada pemikiran, serta kurangnya motivasi.

BACA JUGA:Mengenal Demensia, Gangguan Otak yang Kerap Dialami Kelompok Lanjut Usia, Ini Jenisnya

Hanya saja, dengan adanya pengobatan, sebagian gejala skizofrenia bisa membaik juga bisa saja kekambuhan gejala dapat berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: