BETVNEWS - Belum lama ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan angka stunting di Indonesia turun menjadi 21,6 persen.
Dengan demikian, angka stunting menunjukkan penurunan sebesar 2,8 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 24,4 persen.
BACA JUGA:Waspada! Ini 5 Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Wanita
Saat ini Pemerintah Indonesia sedang menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional.
Karena itu, pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024.
BACA JUGA:Penyelidikan Kasus OTT Oknum Guru Pungut PIP, Resmi Dihentikan
Dilansir dari situs resmi World Health Organization (WHO), stunting merupakan salah satu jenis kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia.
BACA JUGA:Nelayan di Seluma Akan Terima BPJS Ketenagakerjaan
WHO mengatakan stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang dapat dikaitkan dengan kemiskinan, kesehatan ibu yang buruk, dan gizi.
BACA JUGA:Pencuri Spare Part Motor Dibekuk Tim Gabungan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendefinisikan stunting sebagai bentuk gagal tumbuh atau growth faltering akibat kurang gizi yang diterima sejak hamil hingga usia 24 bulan.
Keadaan stunting bisa semakin parah jika kejar tumbuh kembang anak tidak seimbang.
BACA JUGA:Medali Emas Internasional, Pelajar Bengkulu Temukan Rumput Liar Jadi Permen Antikanker
Kondisi yang bisa terjadi saat janin masih dalam kandungan dan baru terlihat saat berusia dua tahun bisa memengaruhi mental dan kemampuan belajar anak.
Menurut Kementerian Kesehatan, anak yang mengalami stunting memiliki skor Intelligence Quotient (IQ) rata-rata sebelas poin lebih rendah dari skor IQ anak normal.