Jejak Gus Dur: Kisah Sang Guru, Menjadi Kepala Madrasah

Minggu 11-06-2023,19:51 WIB
Editor : Wizon Paidi

BACA JUGA:Harta Si Qarun, Kisah Orang Sombong yang Tenggelam Bersama Harta Bendanya

Di tahun 1964, Madrasah Muallimin yang awalnya ditempuh empat tahun berubah menjadi enam tahun. Saat ini madrasah tersebut bernama lengkap Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas.

Dikatakan, Gus Dur tidak lama menjabat kepala Madrasah Muallimin karena harus melanjutkan pendidikan ke Al-Azhar Mesir setelah ada kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar saat itu, Syaikh Muhammad Shaltout ke Tambakberas.

Di buku Tambakberas (hlm. 52-53), Gus Dur menjadi kepala madrasah Muallimin hingga tahun 1966. Hal ini berbeda dengan catatan Greg Barton yang mengatakan bahwa Gus Dur hanya sampai tahun 1963 di Tambakberas. 

BACA JUGA:Abu Nawas Jadi Tabib Dadakan di Istana, Kisahnya Begini..

Gus Dur pamit ke Kiai Fattah untuk ke Mesir. Pimpinan madrasah diserahkan kembali ke Kiai Fattah.

Ia mengatakan, alasan lain penunjukan Gus Dur sebagai kepala Madrasah Muallimin karena pimpinan madrasah secara formal belum ada. 

KH Abdul Fattah sebagai pendiri menunjuk Ustadz Mamas, seorang pendatang dari Kalimantan, untuk mengelola dan memimpin secara formal madrasah ini sampai tahun 1960.

BACA JUGA:Ini Kisah Siti Khadijah yang Dicintai Nabi Muhammad SAW, Membuat Aisyah pun Cemburu

Diprediksi umur Gus Dur saat jadi kepala Madrasah Muallimin yaitu 23 tahun. Masih cukup muda. Saat ini Madrasah Muallimin dipimpin oleh KH Abdullah Rif'an Nashir.

Saat ini, madrasah dengan khas kerudung minangnya ini memiliki peserta didik 3.021 orang. Dengan rincian 73 rombel, 1474 siswa, 1547 siswi, serta 187 guru dan pegawai. 

BACA JUGA:Kisah Abu Nawas Bedakan yang Jujur dan Pembohong, Begini Caranya

Menurut Risalatul Aminin, di Madrasah Muallimin ini memiliki ciri belajar gramatika bahasa Arab menggunakan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Pelajaran ini sudah ada sejak era Gus Dur hingga saat ini. Hafalan bait-bait Alfiyah bahkan jadi kewajiban bagi santri.

Ia lalu memberikan alasan kenapa Madrasah Muallimin tetap memasukkan 20 persen kurikulum nasional dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan saat itu Gus Dur ingin kurikulum pesantren bisa mengikuti dinamika perkembangan zaman.

BACA JUGA:BERGETAR! Kisah Hancurnya Hati Para Sahabat, Saat Baginda Nabi Muhammad SAW Wafa

Bagi Gus Dur, kurikulum pesantren yang memuat nilai-nilai positif harus terus diajarkan seperti kesederhanaan, kegigihan dalam belajar, kejujuran, berani, dekat dengan masyarakat, dan berpikir mendalam serta meluas.

Kategori :