BENGKULU, BETVNEWS.COM - Mantan karyawan PT AIP (Agrindo Indah Persada) bernama Narto Ipandi (39) warga Desa Tumbuan Kecamatan Lubuk Sandi membutuhkan uluran tangan dermawan.
BACA JUGA:Balap Motor Langsir Sawit Meriahkan HUT RI Ke-78, Hanya Ada di Lunjuk Seluma
Pasalnya, pasca di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sejak bulan Februari 2023 lalu, dirinya mengalami sakit yang tak kunjung sembih yakni kelenjar getah bening.
BACA JUGA:Erwin Octavian Pimpin Upacara 17 Agustus di Gedung Daerah Serasan Seijoan, Kabupaten Seluma
Istri Narto, Ade Fitri (37) mengatakan, bahwa suaminya bekerja selama 11 tahun di PT AIP dan pasca di PHK mengalami sakit, hal tersebut diketahui berdasarkan diagnosis dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M.Yunus Bengkulu.
BACA JUGA:Anggaran Pembangunan Fisik di Dinas PUPR Seluma Dipangkas Rp11 Miliar
"Sakitnya ini mulai terjadi setelah di PHK dari PT AIP di bulan Maret lalu bang. Mungkin karena faktor pikiran dan lain hal," kata Ade Fitri dengan tangisannya (Kamis 17 Agustus 2023).
BACA JUGA:Kabupaten Seluma Merupakan Daerah Pertama Dilaksanakan Gerakan Pangan Murah
Sakit yang dideritanya semakin parah sehingga mengakibatkan mata sebelah kanann tidak bisa terbuka.
BACA JUGA:Meningkatnya Angka Pernikahan Dini di Seluma, Jonaidi Tegaskan Harus Jadi Perhatian Bersama
Narto harus mendapatkan pengobatan akupuntur sebanyak 2 kali setiap bulan, dan tidak dicovider BPJS, dan sekali berobat dirinya harus merogoh kocek sebesar Rp500.000, jelas hal ini sangat membuatnya merasa berat.
"Kita lakukan pengobatan secara umum, karena untuk pengobatan akupuntur yang dianjurkan dari rumah sakit M Yunus Kota Bengkulu, itu tidak bisa dilakukan pembayaran dengan BPJS," tambahnya.
BACA JUGA:Putus Sekolah dan Hamil Duluan, Remaja di Seluma Banyak Nikah Dini
Lanjut Ade Fitri, dirinya berharap, agar dapat sedikit meringankan biaya pengobatan suaminya ini, untuk pihak dermawan yang baik hati, dapat kiranya menyisihkan sedikit rezekinya untuk memberikan bantuan terhadap suaminya ini.
Terlebih lagi, ia yang hanya seorang pedagang di sekolahan, yang hanya mendapatkan pekerjaan tersebut dalam seharinya hanya sebesar Rp30.000- Rp50.000 per hari, jelas merasa keberatan dengan pengobatan ini.