Mengenal Sejarah dan Perkembangan Teori Groupthink

Senin 13-05-2024,10:30 WIB
Reporter : Opini
Editor : Wizon Paidi

BETVNEWS - Teori Groupthink merupakan konsep yang relevan dalam studi psikologi sosial yang menggambarkan dinamika kelompok dalam proses pengambilan keputusan. 

Untuk memahami dengan baik konsep ini, penting untuk menjelajahi sejarahnya, konteks dimana itu muncul, prinsip-prinsip yang mendasarinya, serta implikasi dan kritik yang melekat padanya.

BACA JUGA:Kohesivitas Kelompok: Pemahaman tentang Groupthink

Teori groupthink merupakan teori yang menejelaskan bagaimana di dalam sebuah kelompok itu menghindari yang namanya "konflik". Oleh karena itu, individu setiap kelompok itu harus menahan pendapat atau pemikiran yang berbeda demi konsensus atau keselarasan dalam kelompok tersebut.

Teori ini cenderung lebih mementingkan solidaritas kelompok di bandingkan konflik atau krisis terhadap suatu masalah.

BACA JUGA:Demokrasi Terancam: Groupthink Membayangi Pengambilan Keputusan RUU KIP di DPR RI

Menurut sejarahnya, teori groupthink ini merupakan sebuah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog sosial yang bernama Irving Janis pada tahun 1972. Dimana saat itu, ia menerbitkan sebuah esai di Yale Alumni Magazine yang menjelaskan bagaimana kelompok orang cerdas yang bekerjasama untuk memecahkan suatu masalah terkadang sampai pada jawaban yang paling buruk.

Oleh karena itu, teori ini dapat mengubah cara kita berpikir tentang pengambilan keputusan.

BACA JUGA:Pentingnya Memahami Groupthink Lebih Dalam Disuatu Kelompok

Hingga pada saat ini teori groupthink telah meluas dari berbagai bidang, dari situasi awal yang di pelajari oleh Janis, seperti keputusan kebijakan pemerintah dan manajemen perusahaan hingga berbagai konteks termasuk organisasi, baik itu tim proyek maupun non-profit dan bahkan dinamika.

Tetapi dilihat dari perkembangannya, saat ini para peneliti juga memperkenalkan strategi untuk mengurangi efek groupthink dan meningkatkan kualitas kelompok.meskipun begitu teori ini telah membantu dalam mengembangkan strategi utuk mengurangi adanya konflik di dalam suatu kelompok.

Artikel ini ditulis oleh Ayu Ulandari D1C021003, mahasiswa Universitas Bengkulu. (*)

Kategori :