4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
--(Sumber Foto: web/istockphoto)
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena penyakit tertentu (seperti diabetes atau infeksi kronis), kelelahan, atau pola makan yang buruk, dapat mengurangi kemampuan tubuh dalam mengendalikan pertumbuhan jamur. Pada kondisi ini, jamur Malassezia dapat berkembang lebih cepat dan menyebabkan panu.
5. Kebersihan Kulit yang Kurang Terjaga
Tidak menjaga kebersihan kulit dengan baik, misalnya jarang mencuci wajah atau tidak membersihkan minyak dan kotoran, bisa meningkatkan risiko tumbuhnya jamur di kulit. Polusi, debu, dan residu produk perawatan kulit yang menumpuk dapat memicu pertumbuhan jamur.
BACA JUGA:Motor Hilang Kendali Tabrak Mobnas di Jalan Lintas Kepahiang-Curup
BACA JUGA:Realisasi Investasi Triwulan III 2024 Bengkulu Capai Rp1,1 Triliun
6. Penggunaan Produk Kulit yang Tidak Cocok
Produk perawatan kulit yang berminyak atau terlalu berat bisa menyumbat pori-pori dan menciptakan lingkungan lembap yang kondusif bagi jamur. Penggunaan produk yang tidak cocok, terutama yang mengandung minyak berlebih, bisa membuat kulit lebih rentan terkena panu.
7. Faktor Genetik
Beberapa orang secara genetik lebih rentan terhadap infeksi jamur, termasuk panu. Faktor genetik ini bisa membuat tubuh mereka lebih mudah mengalami ketidakseimbangan mikroba pada kulit, yang meningkatkan kemungkinan tumbuhnya jamur.
BACA JUGA:Dikbud Kaur Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat SD dan SMP
BACA JUGA:Jelang Akhir 2024, Realisasi PAD dari Retribusi Sampah Terancam Tak Capai Target
8. Pakaian dan Peralatan yang Tidak Bersih
--(Sumber Foto: web/istockphoto)
Penggunaan handuk, masker wajah, atau sarung bantal yang tidak bersih bisa menyebabkan penyebaran jamur ke wajah. Jamur ini bisa berpindah dari satu permukaan ke kulit wajah yang kemudian memicu infeksi.