Update PROGRAM BETV Terbaru

Ikuti terus update terbaru program betv beken dengan klik tombol dibawah ini.

Analisis Bias Gender Dalam Iklan Super Pell: Representasi Perempuan Sebagai Subjek Domestik

Analisis Bias Gender Dalam Iklan Super Pell: Representasi Perempuan Sebagai Subjek Domestik

Ilusrasi. Analisis Bias Gender Dalam Iklan Super Pell: Representasi Perempuan Sebagai Subjek Domestik--(Sumber Foto: Doc/BETV)

Kelima bentuk ini tampak nyata dalam representasi perempuan dalam iklan Super Pel.

BACA JUGA:458 Ribu Kendaraan Melintasi JTTS Selama Libur Panjang

BACA JUGA:Simpel Tanpa Ribet, Cair Langsung Saldo DANA ke Pengguna! Auto Dapat Uang Rp200 Ribu

- Stereotipe Perempuan dalam Iklan: Simbol dari Subordinasi

Perempuan dalam iklan Super Pel hampir selalu digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang bahagia melakukan pekerjaan bersih-bersih. Ia tidak pernah tampak lelah, tidak protes, dan bahkan terlihat bangga karena berhasil membuat rumah “kinclong”.

Inilah stereotipe yang dibahas Masour Fakih: gambaran bahwa perempuan memang seharusnya bertanggung jawab atas rumah, dan melakukannya dengan senang hati. Iklan ini tidak memberi ruang pada perempuan yang lelah, yang ingin dibantu, atau yang bekerja di luar rumah.

BACA JUGA:Kejati Menang Banding, Vonis 3 Terdakwa Korupsi Jembatan Taba Terunjam Diperberat

BACA JUGA:Daftar Teh yang Baik untuk Kesehatan, Cukup Konsumsi Secara Rutin! Cek di Sini

Di sisi lain, subordinasi tampak melalui absennya laki-laki dalam aktivitas bersih-bersih. Ini menunjukkan bahwa kerja domestik dianggap rendah dan kurang layak untuk laki-laki, padahal justru inilah akar ketidakadilan struktural yang meminggirkan peran perempuan dan membebani mereka secara sepihak.

BACA JUGA:Aplikasi Penghasil Saldo DANA Gratis Hadir di Sini, Cukup Pakai Fitur Ini dan Klaim

BACA JUGA:Pakai Fitur di Aplikasi DANA Ini, Bisa Nabung Jadi Lebih Gampang dan Nyaman

- Beban Kerja Ganda dan Kekerasan Simbolik

Iklan Super Pel juga mereproduksi apa yang disebut Masour Fakih sebagai beban kerja berlebihan. Di dunia nyata, banyak perempuan yang kini bekerja di luar rumah. Namun tanggung jawab domestik, seperti mengepel, tetap dibebankan kepada mereka seolah itu adalah kewajiban kodrati. Iklan tidak pernah mempertanyakan hal ini.

Lebih dari itu, kita juga bisa membaca adanya kekerasan simbolik dalam narasi iklan. Bukan kekerasan fisik, melainkan kekerasan dalam bentuk pemaksaan makna bahwa perempuan baik adalah yang menjaga rumah tetap bersih, perempuan ideal adalah yang mengepel lantai tanpa keluhan.

Kekerasan simbolik ini tidak terlihat secara kasat mata, tetapi bekerja secara psikologis dan kultural membentuk persepsi publik, mendikte harapan sosial, dan mengekang perempuan dalam batasan yang tampaknya “alami”, padahal sebenarnya dibentuk oleh konstruksi sosial patriarkal.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait