Benteng, Komunitas, Suara Laut dan Pintu
Penulis, Bung Mahatma Muhammad, Seniman, Pengamat dan pekerja budaya dan Pendiri Komunitas Seni Nan Tumpah--(Sumber Foto: Doc/BETV)
Dalam konteks narasi kebudayaan, sejarah tak resmi ini yang seharusnya menjadi nadi festival. Cerita yang tidak cuma kronologi, tapi pengalaman. Narasi Marlborough justru hidup jika memberi ruang pada kisah dan dokumentasi keluarga di sekitar benteng, pada sastra lisan, dan pada pengetahuan tradisional dari dapur-dapur yang beraroma lada. benteng ini kemudian jadi tubuh kolektif yang bisa kita rasakan. Tak sebatas jadi bangunan saja.
BACA JUGA:Jalan Rusak Teluk Sepang Tak Kunjung Diperbaiki, Pemerintah Diminta Segera Bertindak
BACA JUGA:Tim Jemput Berkah Hadir di Kantor Wali Kota Bengkulu, Buka Layanan UMKM Berbadan Hukum
Tema, Inovasi dan Kolaborasi Lintas Komunitas
Pada setiap peristiwa budaya, saya menyakini, komunitas lokal tidak boleh jadi figuran. Tak cukup diminta tampil sebentar, lalu ditutup oleh panggung utama. Komunitas adalah napas kebudayaan, perajut peristiwa kolektif. Karena merekalah pewaris yang menjaga tabot, melafalkan syarafal anam, mengembangkan dol, mengenalkan permainan rakyat, menanak pendap berjam-jam, dan mewarnai dan menenun wastra. Pelaku dan komunitas budaya tidaklah pelengkap, tapi inti.
Kalau kita punya impian Festival Serempak dan festival budaya sejenis di kota ini bertahan, saya meyakini komunitas di Bengkulu harus serempak pula bekerja sama menjadi pusat. Harus serempak! Artinya ikut menentukan tema, arah, bahkan estetika festival. Pemerintah memfasilitasi, swasta boleh mendukung, tapi otoritas harus dibagi. Kalau tidak begitu, festival hanya proyek dan tidak akan menjadi gerakan.
Kawan-kawan, kolaborasi itu jelas tidak boleh basa-basi. Kolaborasi bagi saya adalah etika. Etika saling mendengar. Etika saling berbagi tanggung jawab. Etika untuk saling menghormati dan menerima keragaman.
BACA JUGA:Diguyur Hujan, 4 Kecamatan di Bengkulu Utara Terendam Banjir
BACA JUGA:Cek Manfaat Buah Rambutan untuk Ibu Hamil, Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Benteng Marlborough bisa menjadi ruang publik yang inklusif di mana pemerintah, komunitas, seniman, swasta, dan publik duduk sama rata. Sebagai seniman, ke depan saya membayangkan lebih banyak dol berdentum bersama musik elektronik yang beragam. Saya mau lihat tabot lebih banyak ditafsir ulang melalui seni media, pengetahuan pendap dan tempoyak bisa jadi serial film berbagai genre, dipentaskan sebagai pertunjukan atau pameran rasa.
Bicara soal inovasi, jangan langsung bayangkan lampu LED atau proyektor digital saja. Itu dekorasi, Kawan! Tapi coba kita terjemahkan inovasi sebagai relasi tubuh tradisi yang bicara pada kegelisahan tubuh ini hari. Bagaimana dol bisa bicara kepada anakku-anakmu, adikku-adikmu yang tumbuh dengan TikTok? Bagaimana Tabot bisa dirasakan sebagai notifikasi ritual lintas generasi? Bagaimana pula modelnya sastra lisan bisa kembali hidup dalam bentuk teater musikal, rap, atau konten digital?
BACA JUGA:5 Manfaat Lain Konsumsi Rambutan bagi Kesehatan, Salah Satunya Bisa Melembapkan Kulit
BACA JUGA:Ini HP Terbaru 2025, Cek Spesifikasinya di Sini! Ada Pilihanmu?
Bengkulu sudah punya banyak pintu untuk inovasi itu. Paket komplit! Ada cagar budaya benteng Marlborough atau rumah kediaman/pengasingan Bung Karno. Ada pula bahasa dan sastra lisan berupa pantun, dendang, cerita rakyat. Ia punya manuskrip, adat dan ritus seperti tabot dan kenduri laut. Kalau kurang, masih ada pengetahuan tradisional membaca cuaca, atau cara mengolah tanah. Ada teknologi tradisional kapal nelayan, dan anyaman. Ada seni yang terus berkembang seperti tari andun, dol, dan gamad. Ada permainan rakyat dan ada kuliner seperti pendap, tempoyak, dan kopi. Itu bahan bakar festival budaya semua. Tinggal yang kita perkuat adalah keberanian menafsirkannya.
Lalu, soal tema. Menurut saya, festival budaya tidak boleh main aman. Tema yang aman cuma untuk acara seremonial kan? Kita butuh tema yang provokatif, membumi, dan mengundang perdebatan. Misalnya: Dari Lada ke TikTok, Tabot dan Robot, atau Batik Besurek yang Terkoyak, Pendap Sedap Pendap Menjerap, Kopi Bengkulu Ngopi Mulu atau Tapak Padri dan Kutu Laut, Benteng Marlborough Buka Gerai Es Kopi, dll.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

