Update PROGRAM BETV Terbaru

Ikuti terus update terbaru program betv beken dengan klik tombol dibawah ini.

Keluarga Napi Lapas Perempuan Bengkulu Ungkap Dugaan Praktek Komersialisasi Dibalik Jeruji

Keluarga Napi Lapas Perempuan Bengkulu Ungkap Dugaan Praktek Komersialisasi Dibalik Jeruji

Salah satu keluarga narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Bengkulu meminta identitasnya dirahasiakan, mengukapkan adanya tekanan-tekanan kepada Napi.--

‎BENGKULU, BETVNEWS - Salah satu keluarga narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Bengkulu meminta identitasnya dirahasiakan, mengukapkan adanya tekanan-tekanan kepada Napi.

BACA JUGA:Rumah Mewah Advokat Tersangka Korupsi Pembebasan Lahan Tol Bengkulu Disita Kejati

Ia menjelaskan, keluarga dibatasi untuk mengirimkan makanan kepada narapidana, hanya dibolehkan untuk satu porsi makan sehingga budaya berbagi ke sesama tidak bisa dilakukan. Selain itu, keluarga yang di luar Kota Bengkulu mengirimkan untuk bekal 1 minggu juga tidak dibolehkan lagi. 

‎“Kebijakannya lebih ekstrem dari sebelumnya. Keluarga napi, keluarga para warga binaan sulit memberikan bantuan berupa makanan maupun pakaian,” ujarnya.

‎Pembatasan itu juga mencakup barang-barang sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, dan kebutuhan sandang lain yang sebelumnya masih dapat dikirimkan oleh keluarga.

BACA JUGA:Modus Tempel Terbongkar, Satresnarkoba Seluma Tangkap Pengambil Sabu di Sukaraja

‎Kondisi tersebut dinilai semakin memberatkan karena mayoritas penghuni Lapas Perempuan Bengkulu berasal dari keluarga tidak mampu. 

‎“Sekitar 95 persen warga binaan itu orang tidak mampu, dan sebagian besar berasal dari kabupaten-kabupaten jauh seperti Rejang Lebong, Lebong, dan Kaur,” ungkapnya. 

BACA JUGA:Kunjungi Graha Pena Bengkulu Ekspress, Erna Sari Dewi Ajak Media Bersinergi Majukan Sektor Pariwisata Bengkulu

‎Selain pembatasan, dia menyoroti adanya dugaan praktik komersial di dalam lapas melalui penyediaan makanan dan kebutuhan pokok yang dijual dengan harga jauh lebih tinggi dibandingkan pasar. 

‎“Kami menduga makanan dari luar dibatasi karena di dalam ada binker, tempat penitipan dan pengolahan yang menjadi ladang mencari uang. Harga makanan di dalam bisa dua sampai tiga kali lipat dari harga di luar,” katanya.

BACA JUGA:Warga Keban Agung 1 Laporkan Dugaan Penyimpangan Dana Desa, Kejari Tunggu Audit Inspektorat

‎Dampaknya, warga binaan terpaksa bergantung pada pembelian internal dengan harga tinggi, sementara tidak semua keluarga mampu mengirim makanan. Dalam satu kamar yang berisi 10–12 orang, banyak yang tidak mendapatkan kiriman sama sekali.

‎“Mereka sudah susah, makin disusahkan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: