Pakar Retorika dan Wacana UNIB Ungkap Strategi Kampanye Pilkada untuk Pengaruhi Calon Pemilih
Pakar Retorika dan wacana sekaligus dosen Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Bengkulu (UNIB) Dr. Noermanzah, S.Pd., M.Pd.,--(Sumber Foto: Jalu/BETV)
Unsur patos, peduli dan dekat dengan masyarakat bisa dengan cara hadir dalam setiap kegiatan kemasyarakatan seperti acara pernikahan, acara takziah, acara paguyuban, acara keagamaan, acara arisan, acara komunitas anak muda, acara karang taruna, acara kelompok tani, acara asosiasi asosiasi pengusaha Bengkulu, dan lainnya.
"Semakin kita dekat dan hadir di masyarakat maka harapannya nama paslon akan masuk dalam long term memory (ingatan jangka panjang) masyarakat sehingga ketika pada masa pemilihan akan menjadi prioritas masyarakat untuk dipilih," sambungnya.
Akan tetapi, masyarakat kita sebagai masyarakat yang secara budaya masih lekat dengan politik balas budi, maka sebagai paslon perlu memberikan kontribusi kepada masyarakat yang sifatnya sebaiknya menghindari tindakan politik uang (money politics) termasuk menghindari kegiatan bagi-bagi sembako.
BACA JUGA:Lenganmu Berlemak? Ini 5 Kemungkinan Penyebabnya, Salah Satunya Genetik
Komponen retorika dalam berkampanye yang tidak kalah penting yang harus dikuasai oleh setiap paslon yaitu logos.
Perlu diketahui bahwa logos adalah kumpulan bukti logis atau fakta yang digunakan pembicara atau penulis.
Untuk memperoleh fakta, paslon bersama tim suksesnya perlu datang ke masyarakat secara langsung, baik melalui komunitas anak muda, paguyuban, mantan pejabat, langsung ke rumah warga, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, pasar, petani, pengusaha, dan lainnya untuk memahami permasalahan dan harapan mereka.
Dari masalah dan harapan mereka baru disusun visi, misi, dan program kerja yang berisi solusi dari permasalahan dan harapan setiap golongan masyarakat.
BACA JUGA:Ingin Konsumsi Susu Kambing? Cek 5 Rekomendasi Produk Susu Kambing Terbaik Ini
Visi yang baik harus memiliki bahasa yang mencerminkan cita-cita selama lima tahun ke depan secara jelas, terukur, dan berbasis solutif.
Visi biasanya diawali dengan kata 'menjadikan', 'terwujudnya', atau 'terciptanya' dan sebaiknya diakhiri dengan mencantumkan tahun sebagai target yang terukur. Begitupun misi yang disusun harus sesuai dan mendukung pencapaian visi yang disusun secara jelas.
Misi biasanya diawali dengan kata 'menjadikan', 'mewujudkan', 'terciptanya', 'meningkatkan', 'mempercepat', 'memperluas', 'megembangkan', dan lainnya. Misi yang baik tentunya harus menghadirkan solusi dari setiap masalah yang dihadapi setiap golongan dan profesi masyarakat.
BACA JUGA:Cek di Sini, 6 Daftar Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Kembali, Picu Penyakit Kronis dalam Tubuh
Begitupun program kerja yang disusun oleh paslon harus merupakan program kerja yang diturunkan dari misi dan secara realistis dapat dilaksanakan dan sesuai dengan kebutuhan yang mewakili setiap golongan dan profesi masyarakat.
Program kerja yang baik bisa disusun dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang diintegrasikan dalam bentuk singkatan atau akronim sehingga lebih menarik dan lebih mudah diingat oleh masyarakat sebagi calon pemilih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: