KPU

Pakar Retorika dan Wacana UNIB Ungkap Strategi Kampanye Pilkada untuk Pengaruhi Calon Pemilih

Pakar Retorika dan Wacana UNIB Ungkap Strategi Kampanye Pilkada untuk Pengaruhi Calon Pemilih

Pakar Retorika dan wacana sekaligus dosen Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Bengkulu (UNIB) Dr. Noermanzah, S.Pd., M.Pd.,--(Sumber Foto: Jalu/BETV)

Adapun bentuk penyampaian Visi, misi, dan program kerja yang bisa mempersuasi pemilih, pernah disampaikan oleh filsuf dan ilmuwan Yunani Kuno, Aristoteles, yaitu perlu memperhatikan tiga aspek dalam retorika, yaitu etos, patos, dan logos.

Etos berkaitan dengan karakter, etika, atau kredibilitas yang dimiliki seseorang ketika berbicara atau menyampaikan pesan melalui tulisan. 

Kredibilitas memiliki dua komponen utama yaitu kepercayaan dan keahlian, yang keduanya memiliki komponen objektif dan subjektif. 

Untuk membangun kredibilitas secara objektif pada masa kampanye bisa dilakukan oleh paslon dengan cara membangun kepercayaan publik melalui menyampaikan riwayat hidup atau jejak rekam yang baik dalam setiap kampanyenya dalam berbagai bentuk media seperti berita, poster, spanduk, sambutan, pidato, video tiktok, dan lainnya.

BACA JUGA:4 Aneka Resep Olahan Ikan Nila, Paling Populer Ikan Goreng Nila Bumbu Kuning, Cek Resepnya

Kredibilitas secara subjektif, bisa melalui cara membangun hubungan psikologis dengan pemilih dengan penegasan bahwa paslon adalah asli orang Bengkulu dan akan mengabdi sepenuhnya untuk Bengkulu. 

Hal ini dilakukan karena, pemilih masyarakat Bengkulu masih banyak melihat figur yang berasal dari daerah yang sama.

Paslon juga perlu memperhatikan unsur retorika yang kedua dalam berkampanye yaitu patos. 

Patos berkaitan dengan emosi atau perasaan dalam membangun simpati masyarakat. Dalam berkampanye patos ini bisa dilakukan dengan cara membangun citra yang sederhana, peduli, dan dekat dengan masyarakat. 

BACA JUGA:Mau Kulit Terbebas dari Jerawat? Coba Konsumsi Buah Leci, Ini 7 Manfaat yang Bisa Didapatkan

Sederhana dapat diwujudkan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang santun dan tegas. 

Tentu bisa juga paslon dalam berkampanye bisa melakukan campur kode dengan cara menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, tetapi menggunakan bahasa daerah dan sesekali menggunakan bahasa asing agar terbangun simpati dan kepercayaaan dari masyarakat yang beragam bahasanya. 

Hal ini juga sesuai dengan slogan Kemdikdubristek yaitu "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing".

Kemudian, membangun patos juga bisa melalui pemilihan pakaian yang mencerminkan identitas kedaerahan sehingga terbangun kesamaan budaya antara paston dengan masyarakat. 

BACA JUGA:Sampaikan Visi Misi dan Program ke KPU, Romer Optimis Bangun Provinsi Bengkulu Lebih Maju

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: