Selama dalam pingitan, Kartini bermimpi bisa meneruskan pendidikannya dan mulai aktif menyurati teman-temannya di Belanda.
BACA JUGA:AHM Lepas Keberangkatan 2.009 Konsumen Ikuti Mudik Balik Bareng Honda
Kartini menunjukkan ketertarikan dengan kehidupan dan cara berpikir perempuan di Eropa.
Kartini juga gemar membaca surat kabar, majalah dan dan buku selain kegemarannya menulis surat.
Melansir dari laman resmi Museum Kartini, teman surat-menyurat Kartini adalah Estelle “Stella” Zeehandellar, Nyonya Hilda, dan Rosa Abendanon.
BACA JUGA:BMKG Hari Ini, Suhu di Bengkulu Capai 32 Serajat, Cerah Berawan Sepanjang Hari
Kartini menceritakan bagaimana perempuan Jawa tidak bisa bersekolah karena tuntutan tradisi. Dan bermimpi agar perempuan pribumi dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin tanpa terbatas dengan tradisi.
Tradisi inilah yang membuat Kartini batal mendapatkan beasiswa ke Belanda. Beasiswa tersebut akhirnya dialihkan kepada K.H. Agus Salim, seorang pemuda cerdas asal Bukittinggi.
BACA JUGA:Bisa Dicoba! Bank Mandiri Tawarkan Pinjaman KUR Limit Hingga Rp500 Juta, Cek Segera di Sini
Kartini menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903.
Kartini melahirkan putranya Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Empat hari setelah melahirkan atau pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia dan dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.
BACA JUGA:Hasil Sidang Isbat, Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1444 H pada Sabtu 22 April 2023