BETVNEWS - Curah hujan benar-benar memberi pengaruh besar pada hasil kopi masyarakat Rejang Lebong, yang banyak menggantungkan hidupnya dengan berkebun kopi. Seperti yang disampaikan oleh Elfi Zulvian (47) salah seorang petani kopi di Dusun V, Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Tengah. Elfi yang telah berkebun kopi selama 23 tahun, kepada BETV mengatakan untuk 2 tahun ini hasil kopi berkurang. Ini disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga membuat bunga kopi banyak gugur dan gagal menjadi buah.
"Dua tahun ini hasil kopi berkurang, ini disebabkan karena curah hujan yang tinggi sehingga membuat bunga kopi banyak gugur dan tidak jadi," katanya.
Selain karena curah hujan, berkurangnya hasil buah kopi ini karena pupuk yang digunakan pupuk subsidi dan tidak terlalu bagus untuk tanaman kopi.
Lebih lanjut, ia menceritakan untuk harga kopi sendiri tidak stabil, dan untuk sekarang harganya berkisar Rp. 20.000,-. Dan harga ini tidak standar, karena kalau menggunakan pupuk non subsidi untuk hasil yang baik harga seharusnya Rp. 25.000,- perkilo.
"Untuk harga kopi sendiri tidak stabil, dan untuk sekarang harganya berkisar Rp. 20.000,-. Harga ini tidak standar, karena kalau kita menggunakan pupuk non subsidi untuk hasil yang baik itu harga seharusnya Rp. 25.000,- per kilonya," terangnya.
Ia tidak berharap banyak kepada Pemerintah, akan tetapi ia menginginkan agar Pemerintah bisa membantu stabilkan harga, dan bisa mewujudkan harga standar di harga Rp 25 ribu.
"Kita tidak berharap banyak, hanya ingin Pemerintah bisa menstabilkan harga, dan bisa mewujudkan harga standar di harga 25 ribu," harapnya.
(Abi ZA)