Survei ini menunjukkan bahwa 41 persen responden di Indonesia menyatakan kegemarannya terhadap penggunaan teknologi AI, seperti ChatGPT, untuk berbagai kebutuhan.
Meskipun menawarkan banyak manfaat, penggunaan AI juga membawa sejumlah risiko.
BACA JUGA:Terlibat Kasus Narkoba, 3 Warga Seluma Diringkus Polisi
BACA JUGA:Asal Tidak Berlebihan, Ini 5 Manfaat Kesehatan dari Kismis Hitam Bagi Balita
Ketergantungan berlebihan pada AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mahasiswa.
Mereka mungkin cenderung menerima jawaban dari AI tanpa melakukan analisis mendalam atau mempertimbangkan konteks.
Selain itu, penggunaan AI yang tidak bijak dapat meningkatkan risiko plagiarisme, di mana mahasiswa menyalin jawaban tanpa memahami isinya. Hal ini dapat merusak integritas akademik dan menghambat perkembangan intelektual mahasiswa.
Risiko lain yang perlu diperhatikan adalah keamanan data pribadi. AI seringkali memerlukan akses ke data pengguna untuk berfungsi secara optimal.
Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menyebabkan kebocoran data dan pelanggaran privasi.
Selain itu, tidak semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi AI, yang dapat memperlebar kesenjangan digital dan menciptakan ketidaksetaraan dalam pendidikan.
BACA JUGA:Ini 6 Manfaat Kismis Kuning bagi Kecantikan, Bahan Alami Ampuh Mencerahkan Hingga Meredakan Jerawat
Untuk mengurangi risiko yang terkait dengan penggunaan AI, penting bagi institusi pendidikan untuk menetapkan pedoman dan regulasi yang jelas.
Mahasiswa perlu dibekali dengan literasi digital dan pemahaman tentang etika penggunaan AI.