Keturunan Majapahit di Tulungagung Lakukan Babat Alas, Ternyata Karena Hal Ini hingga Desanya Diakui, Apa Itu?
Ilustrasi. Keturunan Majapahit di Tulungagung lakukan babat alas.--(Sumber Foto: Doc/BETV)
Terdapat beberapa pihak yang senang akan keturunan Majapahit tersebut yang jumlahnya 40 orang.
Lantas pengikutnya tersebut diminta untuk melakukan babat alas (membuka lahan) supaya mereka dapat membuat rumah di wilayah itu.
Daerah yang menjadi tempat terbuangnya keturunan Majapahit tersebut masih merupakan hutan lebat, lantas tidak ada satu pun orang yang pergi dari desa tersebut sehingga dilakukan babat alas.
BACA JUGA:Suku Kalang di Jawa Terkenal Sakti Dari Suku Dayak, Pasukan Perang Andalan Kerajaan Majapahit
Konon di hutan itu memiliki banyak hantu yang menjadi penghuni, sehingga hantu ini merasa terganggu dan marah apabila babat alas dilakukan oleh keturunan Majapahit serta pengikutnya tersebut.
Istilah Jawa menyebutkan bahwa hantu marah memiliki makna 'demit ngamuk', kemudia daerah itu diberi nama singkatan Demuk.
BACA JUGA:Kerajaan Megah di Nusantara yang Hilang, Majapahit Masih Jadi Misteri, Benar Ada di Mojokerto?
Selanjutnya, tercatat pada 10 Oktober 1893 Pemerintah Hindia Belanda tempat tersebut resmi menjadi desa.
Kemudian desa yang menjadi jejak keturunan Majapahit tersebut lokasinya berada di Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.
Keturunan yang mengaku sebagai keturunan ke-17 tersebut bernama R. M. Eyang Jayeng Kusumo.
BACA JUGA:Kisah Perjuangan Ratu Liliuokalani yang Berakhir Tragis, hingga Hawaii Tidak Lagi Jadi Kerajaan!
Diketahui pula makamnya berada di desa tersebut.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: