dempo

Kohesivitas Kelompok: Pemahaman tentang Groupthink

Kohesivitas Kelompok: Pemahaman tentang Groupthink

Ilustrasi. Pemahaman tentang groupthink.--(Sumber Foto: Hotra)

BETVNEWS - Dalam setiap lingkungan sosial, terutama dalam konteks organisasi atau tim kerja, kohesivitas kelompok merupakan elemen penting yang dapat memengaruhi dinamika dan hasil kerja. 

Namun dalam beberapa kasus kohesivitas yang tinggi dalam sebuah kelompok dapat menjadi bumerang, menghasilkan apa yang dikenal sebagai fenomena "groupthink". 

Groupthink adalah kecenderungan dalam sebuah kelompok untuk mencapai kesepakatan yang cepat, tanpa kritisisme yang memadai terhadap ide-ide atau rencana yang diajukan. Kohesivitas kelompok mengacu pada tingkat keakraban, keterikatan, dan identifikasi anggota kelompok terhadap tujuan bersama dan satu sama lain. 

BACA JUGA:Demokrasi Terancam: Groupthink Membayangi Pengambilan Keputusan RUU KIP di DPR RI

Ketika kohesivitas ini terjalin dengan kuat, sering kali tercipta lingkungan dimana anggota kelompok cenderung menghindari konflik dan mencari persetujuan. Namun paradoksnya, tingkat kohesivitas yang tinggi juga dapat menjadi pemicu terjadinya groupthink.

Kohesivitas Kelompok dalam Groupthink memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu pertama, ketidakmampuan untuk mempertimbangkan alternatif. Dalam kelompok yang sangat kohesif, anggota mungkin merasa tidak nyaman untuk menantang ide-ide mayoritas atau pemimpin kelompok. Hal ini bisa mengakibatkan ketidakmampuan untuk mempertimbangkan alternatif secara objektif

Kedua, ketidaktoleranan terhadap pemimpin kritis. dalam groupthink, individu yang kritis atau skeptis terhadap ide-ide mayoritas mungkin dianggap sebagai ancaman terhadap kohesivitas kelompok. Ini bisa mengarah pada penolakan atau isolasi terhadap anggota yang berpikiran berbeda.

BACA JUGA:Pentingnya Memahami Groupthink Lebih Dalam Disuatu Kelompok

Lalu pendorongan menuju keseragaman. Kohesivitas yang tinggi dalam kelompok dapat menyebabkan anggota kelompok merasa perlu untuk mencapai kesepakatan yang cepat dan menghindari konflik agar tidak merusak kohesivitas tersebut. Hal ini dapat memicu terjadinya groupthink, dimana anggota kelompok lebih cenderung untuk setuju dengan mayoritas tanpa mempertimbangkan alternatif atau pemikiran kritis.

Selanjutnya, keterbatasan dalam penilaian. Dalam kelompok yang sangat kohesif, anggota mungkin merasa tidak nyaman atau bahkan takut untuk menyuarakan pendapat yang berbeda, karena takut akan penolakan atau isolasi dari kelompok. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengevaluasi informasi secara objektif dan mempertimbangkan alternatif,yang merupakan ciri khas dari groupthink.

BACA JUGA:Menggali Lebih Dalam dari Kohesivitas Kelompok dalam Groupthink

Kemudian isolasi terhadap kritik. Dalam suasana kohesif, anggota kelompok mungkin merasa bahwa mereka harus mendukung pemimpin atau mayoritas kelompok tanpa ragu-ragu. Oleh karena itu, anggota kelompok yang kritis atau skeptis terhadap ide-ide mayoritas dapat dianggap sebagai ancaman terhadap kohesivitas kelompok dan mungkin diabaikan atau diisolasi, yang mendukung terjadinya groupthink.

Ada beberapa cara untuk mengatasi Groupthink

1. Fasilitasi diskusi terbuka. Penting untuk menciptakan lingkungan di mana anggota kelompok merasa nyaman untuk menyuarakan pendapat yang berbeda tanpa takut dihakimi atau diisolasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: