BACA JUGA:Teknik dan Jenis Olahraga Lari Ini Dapat Dipelajari, Para Pemula Perlu Tahu
Puasa tersebut sudah menjadi kebiasaan Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam tanpa terputus sampai beliau wafat.
Terdapat dalil hadits yang menjadi acuan dalam menjalankan puasa sunah Ayyamul Bidh dan menjadi salah satu wasiat secara khusus untuk para sahabatnya, yaitu:
BACA JUGA:Jaring Aspirasi Masyarakat, Heri Purwanto Terima Usulan Soal Pertanian
"Kekasihku (yaitu Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan salat Dhuha, mengerjakan shalat witir sebelum tidur."
(HR Bukhari)
BACA JUGA:Pebalap Astra Honda Ramaikan Kejurnas Mandalika Racing Series
Ayyamul Bidh merupakan bentuk jamak kata 'al yauma' yang berarti 'hari', sementara 'bidh' bermakna 'putih'. Sehingga nama lainnya adalah puasa putih.
Hanya saja, jangan samakan dengan puasa putih yang umum dijalankan orang Jawa di mana mereka mengonsumsi nasi dan air putih saja.
BACA JUGA:Pemkab Kepahiang Target Raih Penghargaan Layak Anak Predikat Madya
Alasan lain penamaan puasa Ayyamul Bidh, berdasarkan kitab 'Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, hal tersebut berkaitan dengan kisah Nabi Adam AS saat diturunkan ke bumi.
Ibnu Abbas menerangkan, saat Nabi Adam AS turun ke bumi, seluruh tubuh terbakar oleh matahari dan membuatnya menjadi hitam atau gosong.
BACA JUGA:Terima Keluhan Masyarakat, Tahun Ini Pemprov Ambil Alih Perbaikan Irigasi Air Kah
Lalu Allah Ta'ala memberi wahyu padanya untuk melaksanakan puasa selama tiga hari pada 13, 14, 15.
Ada pendapat lain mengenai hal tersebut, terkait dengan penamaan Ayyamul Bidh.
BACA JUGA:6 Manfaat Buah Salak Baik bagi Kesehatan, Salah Satunya Meningkatkan Daya Ingat